ALAM: Wisata Siregol Super Land sempat diminati pengunjung sebelum musim penghujan beberapa bulan terakhir. (AMARULLAH/RADARMAS)
PURBALINGGA- Beberapa kejadian longsor di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol yang terjadi pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022 lalu, menjadi pertimbangan wisatawan enggan berkunjung ke Wisata Konservasi Siregol Super Land.
"Banyak informasi masuk jika wisatawan khawatir Siregol terancam ikut longsor," kata Pengelola Wisata Konservasi Siregol, Hendri Sutrisno.
"Kondisi disini (Wisata Konservasi Siregol) senyatanya aman dan tidak terkena longsor," imbuh mantan Kepala Desa Sirau ini.
Secara swadaya masyarakat setempat telah membersihkan jalan-jalan yang tertutup longsor dan kini jalan kembali bisa dilalui. Baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun wisata konservasi yang saat normal tak ada bencana mencapai 300 orang sehari, kini hanya 40 orang pengunjung.
Lebih lanjut dikatakan, tidak seperti tahun-tahun dulu, beberapa tahun belakangan peristiwa longsor lebih sering terjadi.
"Lumayan banyak, tak kurang dari 20 titik, sejak Desember 2021 lalu. Mulai banyak atau sering itu sejak tahun 2000 an, sebelumnya tak pernah sampai separah ini, dulu paling 2-3 titik," rincinya.
Hendri menambahkan, tingginya potensi longsor di daerah Sirau Siregol karena mulai kurangnya resapan air. Sehingga menjadikan air permukaan menggerus material tanah atas.
"Betul, itu penyebab utama, tak ada penahanan air," imbuhnya.
https://radarbanyumas.co.id/pasca-longsor-di-jalur-kramat-sirau-tak-ada-material-akses-normal/
Kondisi jalur wisata Super Land ini yang terpengaruh oleh akses jalan menuju lokasi terkendala. Lokasi Super Land juga aman dari longsor.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Moch Umar Faozi menjelaskan, BPBD telah melakukan assesment lokasi kejadian longsor tebing. Terdapat beberapa titik aliran liar air yang turun dari atas tebing, yang berpotensi menjadikan longsor tebing Bukit Sirau.
"Longsor masih berpotensi terjadi lagi, saat hujan dengan intensitas lebat," ujarnya. (amr)