Komitmen Jadi Bagian Perubahan

Senin 10-06-2019,15:13 WIB

Meriah, Temu Alumni SMANSA '89 PURBALINGGA- Kegiatan reuni memang bukan barang baru. Tapi Reuni Akbar 30 Tahun Alumni SMA N I Purbalingga (SMANSA) Angkatan 1989 yang berlangsung di SMA Negeri 1 Purbalingga, Kamis (6/6) ini berbeda dibanding acara-acara serupa. Tak hanya deklarasi dan memilih kepengrusan, reuni bertemakan 'Seduluran Selawase' (bersaudara selamanya) ini sarat akan muatan sosial, kepedulian untuk maju bersama, dan berdedikasi untuk menelurkan karya-karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Sebelum pelaksanaan reuni, misalnya, komunitas alumi yang menyebut dirinya dengan nama Ganesha-28 (G-28), karena mereka adalah lulusan ke-28 SMA N I Purbalingga ini telah melakukan sejumlah kegiatan sosial. Misalnya, memberikan santunan pendidikan anak-anak keluarga alumni yang kurang beruntung atau telah meninggal. Selain juga memberikan tali asih kepada sejumlah guru mereka yang kini telah memasuki usia senja. G-28 juga berinisiatif menambah empat unit AC untuk ruang guru. Masih ada juga beberapa kegiatan bakti sosial atau pengabdian masyarakat yang urung terlaksana, seperti donor darah dan pendampingan serta pemberian modal usaha alumni. Ketua Panitia Reuni Akbar 30 Tahun G-28 Arif Wibowo menambahkan, di paguyuban mantan kelas IIIA-2-3 atau abioga telah berhasil melaksanakan sejumlah program sosial, di antaranya adalah bedah rumah alumni sebanyak dua kali. "Kami ingin kegiatan ngumpul-ngumpul semacam reuni ini tak sekadar temu kangen, atau bernostalgia. Ya, itu memang baik, dan perlu. Tapi ke depan, mengingat kita telah dihadapkan kepada dinamika perubahan yang sangat cepat, sebutlah Revolusi Industri 4.0, kita harus berorientasi kepada karya. Singkatnya, kami bertekad ingin menjadi bagian dari perubahan bangsa. Untuk itulah organisasi alumni kita bentuk sebagai wahana untuk melakukan inventarisasi potensi alumni. Mari kita berkolaborasi dan berkonvergensi untuk mewujudkan program-program pengabdian melalui wadah alumni ini," kata Arif Wibowo, yang juga seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Kesehatan ini. Menurut kandidat doktor di sebuah perguruan tinggi di Bogor ini, aset sumber daya manusia yang dimiliki alumni seangkatannya sangat potensial. Ia mencontohkan, beberapa kawan seperti Elija Setiawan, kini menjadi Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Batulicin, Kalimantan Selatan. Beberapa kawan lainnya juga menjadi pengusaha sukses semisal Warso Hartono (salah seorang putra Grup Sambas), Anton Sutedjo (bisnis batubara), Sigit Jatmiko (bidang peternakan), Andriatno (alkes) atau Widha (katering) dan masih banyak lagi. "Potensi angkatan kami cukup beragam. Beberapa menempuh jalur kampus semisal Isti Handayani (biokimia), Suryanto (kesmas), Septo Prabowo (Ekonomi Makro), Sudono (dosen, tengah menyiapkan diri sebagai guru besar bidang pertambangan). Di jajaran militer pun beberapa teman kami telah mencapai perwira menengah senior. Beberapa bidang dan profesi lainnya pun ada di angkatan kami, seperti dokter, advokat,apoteker, herbalis, pendidik, bankir, propertii, jurnalis-penulis, dan lain-lain yang tak dapat saya rinci satu per satu," kata Arif. Meskipun demikian, tutur Arif, esensi kesuksesan dan eksistensi bukan itu. Sukses tidak dapat diukur lantaran pangkat, jabatan atau status sosial. Beergiat di sektor informal pun tidak kalah penting, dan itu juga telah menjadi ruang-ruang aktualisasi diri teman-teman yang menggembirakan, seperti industri rumahan yang memproduksi aneka kue, jasa, hingga berbisnis aneka komoditas secara daring. "Kita ingin merawat keberagaman, karena semua orang itu penting. Justru melalui ikatan alumni G-28 ini kita ingin bergerak bersama," ujar Arif. Arif menambahkan, sejumlah kawan terjun di lembaga swadaya masyarakat yang concern di program pemberdayaan semisal Ragil yang di kelahirannya tenar sebagai konsultan yang terlibat dalam beberapa program empowerment, lingkage dan networking. "Intinya, bila semua potensi itu diorganisir dengan baik akan menjadi kekuatan dahsyat, tak hanya bagi keluarga besar alumni, tetapi juga dapat disumbangkan kepada almamater dan masyarakat Purbalingga meskipun banyak teman telah tinggal di luar kota Purbalingga. Masalahnya, kita mau berkorban atau tidak, mau berbagi atau tidak. Sejauh ini, saya yakin dengan komitmen moral intelektual teman-teman," tutur Arif. Reuni yang dihadiri lebih dari separuh jumah alumni atau setara 200 orang ini memang menjadi ajang ngumpul bersama yang paling hangat di antara event serupa yang pernah digelar G-28. Reuni juga dihadiri puluhan mantan guru di periode 86-89, selain dewan guru. Ide untuk membentuk organisasi alumni G-28 telah muncul seiring kemunculan berbagai aplikasi media sosial, seperti Facebook dan WhatsApp, beberapa tahun lalu. Paling tidak kegiatan reuni telah digelar dua kali. Pertama saat memasuki usia perak (25 Tahun), dan dua tahun silam. Dua kali temu kangen alumni tersebut dapat dibilang cukup berhasil. "Acara seperti ini penting terutama untuk menggugah memori kami, bahwa kami semua pernah menjadi siswa selama tiga tahun, dan itu menjadi sebuah keluarga besar," kata Supriono, salah seorang alumni yang kini berprofesi sebagai konsultan pajak di Jakarta. Pendapat ini diamini alumni lainnya, Nurfi. "Kami ingin gairah kebersamaan ini tidak berhenti di deklarasi, membentuk organisasi, lalu selesai dan sepi kegiatan. Kami ingin ada program yang berkelanjutan. Itulah makna sebenarnya Seduluran Selawase," ujar Nurfi yg juga pengusaha itu. Reuni Akbar Ganesha-28 telah memutuskan memberi mandat kepada ketua panitia reuni, Arif Wibowo, untuk melengkapi susunan kepengurusan periode 2019-2021. "kami lebih menekankan program dan kegiatan ketimbang formalisme organisasi. Kami akan menekankan pengembangan enterpreunership, bea siswa, dan sosial awareness," kata Arif. (Adv/bdg)

Tags :
Kategori :

Terkait