SALAMAN : Siswa SMPN 2 Purbalingga bersalaman dengan guru sebelum memasuki ruang ujian. ISTIMEWA
PURBALINGGA - Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) jenjang SMP/MTs, hingga hari ketiga masih berlangsung lancar. Namun, listrik padam masih jadi kekhawatiran penyelenggara. Sehingga sekolah tetap menyiapkan genset.
Berdasarkan aturan baru, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilarang untuk sewa genset. Helpdesk UNBK SMP di Purbalingga Budy Santoso mengatakan, belum semua sekolah memiliki genset sendiri sehingga harus menyewa. Padahal ada aturan baru terkait penggunaan BOS.
“Sebelumnya sekolah sudah memposting anggaran untuk sewa genset pada RKAS tahun 2019. Ternyata ada larangan sewa genset dengan dana BOS,” katanya.
Dikatakan Budy, sebagian besar sekolah tidak mampu menyewa genset karena tidak memiliki sumber dana yang cukup untuk biaya sewa genset berkapasitas besar selama empat hari pelaksanaan UNBK.
“Untuk anggaran sebenarnya relatif, tergantung kebutuhan kapasitas tiap sekolah. Beda-beda tergantung jumlah komputer dan peralatan lain seperti AC di sekolah yang bersangkutan,” ujarnya.
Di sekolah tempatnya mengajar yakni SMPN 1 Kejobong, dengan peserta ujian sebanyak 216 siswa dengan 85 komputer, tiga server utama dan satu cadangan, pihaknya menggunakan genset berkapasitas 20 KVA.
“Per harinya jika standby, kisarannya Rp 2 juta. Kalau dipakai kisaran Rp 2,5 juta. Kalau di kota mungkin lebih mahal biaya sewanya. Akhirnya melalui musyawarah komite, kita sepakat untuk menyewa genset berkapasitas 20 KVA melalui bantuan dana dari komite, karena memang tidak bisa mengambil dari BOS,” jelas Budy.
Salah satu sekolah yang sudah memiliki genset sendiri, SMPN 2 Purbalingga bahkan menggunakan genset untuk pasokan energi utama komputer client. Sebagai antisipasi kendala pada listrik yang kurang stabil.
“Genset selalu menyala walaupun tidak ada pemadaman. Full genset. Hanya untuk modem menggunakan listrik biasa karena ruangannya,” jelas Proktor UNBK pada SMPN 2 Purbalingga Afit Setiadi. (nif/sus)