GULA SERBUK : Perajin UMKM Gula serbuk di wilayah Kecamatan Bojongsari. ISTIMEWA
PURBALINGGA- Ribuan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) minim akses permodalan. Terutama akses modal ke perbankan. Mayoritas terkendala jaminan.
“Kabarnya tahun ini akan ada kredit tanpa agunan dengan nama program Mawar dari pemerintah. Modal itu bisa diakses melalui perbankan lokal atau bank milik pemkab,” tutur Kabid UKM Dinas Koperasi dan UKM Purbalingga, Adi Purwanto.
Berdasarkan sensus ekonomi yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, di Kabupaten Purbalingga terdapat 86.877 UMKM yang tersebar di 18 kecamatan. Jumlah UMKM terbanyak ada di Kecamatan Purbalingga.
“Jumlahnya 9.002 UMKM. Disusul Kecamatan Mrebet dengan 7.253 UMKM dan Kecamatan Bukateja dengan 6.812 UMKM,” paparnya.
Di Kabupaten Purbalingga terdapat beberapa sektor UMKM yang potensial untuk dikembangkan. Diantaranya produk sapu, gula semut, nanas, knalpot, batik dan berbagai kuliner lainnya. Program Bela Beli Purbalingga merupakan salah satu program untuk mendorong ekonomi kerakyatan yang erat kaitannya dengan UMKM.
Adi menambahkan, jika akses permodalan mudah, maka aliran uang atau cashflow akan lebih bagus lagi. Terutama bagi pelaku UMKM yang bergerak dengan sistim titip jual.
Mendatang, kredit Mawar akan menerapkan plafon antara Rp 2,5 juta sampai Rp 15 juta. Tergantung dari hasil survei bank dan asset UMKM.
“Tahun ini akan diawali dengan kegiatan pengadaan pendamping UMKM di tiap kecamatan. Mereka yang akan mengawal data para calon penerima kredit. Selain itu, pendamping UMKM juga memiliki tugas mengawal pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dan pondok pesantren,” paparnya.
Tak hanya minim akses modal, para pegiat usaha itu juga masih minim kesadaran mengurus legalitas. Yang baru diurus hanya Izin Usaha Mikro Kecil di tingkat kecamatan. (amr/sus)