PURBALINGGA – Dinas Lingkungan Hidup mengebut pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Bedagas. Pasalnya, sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan tempat sampah jalan protokol.
Kepala DLH Kabupaten Purbalingga Sigit Subroto melalui Kasi Pengelolaan Sampah Catur Kurniawan mengatakan, kondisi sampah sudah sangat memrihatinkan. TPA Banjaran sudah resmi ditutup, sementara di TPA baru terjadi gejolak di masyarakat.
MENUMPUK : Sampah menumpuk di tepi jalan protokol. Kondisi ini terjadi setelah TPA Banjaran ditutup pada 28 Februari lalu.GALUH WIDOERA/RADARMAS
Pihaknya berupaya membangun tempat penampungan semantara di TPA Bedagas, menyusul sedang dikebutnya akses masuk TPA. Sedangkan untuk satu bulan ke depan, direncanakan penyusunan DED dan masterplan selesai.
“Antara pembangunan sekarang dan DED nanti akan terintegrasi. Sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap. Mesin pemilah sampah dan mesih pencacah juga akan diboyong ke TPA baru,” katanya.
Catur menuturkan, setelah APBD Perubahan 2018 ditetapkan, DLH akan secepatnya melakukan lelang dan membangun TPA Bedagas seperti TPA Sukaharjo, Kabupaten Pati. Yakni, TPA akan menjadi tempat pemrosesan produktif yang menghasilkan gas methan, kompos, bahkan untuk edukasi pengelolaan sampah.
Sembari menunggu pembangunan, TPA Bedagas bisa menangani sampah dengan sistem open dumping atau tumpuk tutup. Setelah TPA dibangun, sampah diproses dengan sistem control landfield, yakni gundukan sampah ditutup dengan jeda waktu setiap dua hari sekali dan dipadatkan.
“Seperti di Sukoharjo, penutupan sampah seperti itu untuk mematikan perkembangan lalat dan menyalurkan gas,” katanya.
Pada pembangunan selanjutnya, bisa diterapkan sistem sanitary landield. Sistem ini memasukkan sampah ke dalam lubang, namun hanya sampah jenis organik. (gal/sus)