PERAWATAN : Salah satu petugas penjaga trowongan irigasi Desa Kalisalak, Kedungbanteng sedang melakukan perawatan trowongan dari sampah dan sedimen yang berpotensi menyumbat (28/1). DIMAS PRABOWO/RADARMAS
BEKERJA dalam kegelapan, resiko yang harus ditanggung, tak selaras dengan hak yang diterima Kusnanto (60) dan Agus Salimin (48). Dua pahlawan ini sangat patut rasanya diberi apresiasi lebih atas dedikasinya.
M MAHDI SULISTYADI, Purwokerto
MERAWAT terowongan sempit 200x80 cm, sudah lima tahun ini mereka lakoni. Terowongan ini bukan sembarang terowongan, ini merupakan terowongan irigrasi yang panjangnya 550 meter.
"Kalau merawat ini sudah lima tahun," kata Kusnanto.
Konon kisah dari kakek nenek, terowongan ini dibangun dari 1949 sampai tahun 1956.
"Panjang terowongan ini 550 meter untuk mengaliri enam desa. Yaitu Desa Kalisalak, Baseh, Kalikesur, Windujaya, Dawuhan, dan Keniten," kata dia.
Air bersih yang mengalir dari terowongan ini, juga dimanfaatkan untuk pertanian. Jika saja terowongan itu tertutup, bisa jadi kebutuhan air bersih untuk enam Desa itu tidak tercukupi.
Tentu, bekerja membersihkan terowongan ini dari sumbatan dan kotoran resikonya tak kecil. Salah satunya, longsor. Bahkan dulu, karena tanah longsor, pintu masuk sampai digeser.
"Sebab saluran yang awal, sempat terkena longsor sekitar tahun 90an," imbuhnya.
Agus menambahkan, biasanya perawatan yang dilakukan adalah bersih-bersih di bagian dalam. Sebab terkadang ada juga batu jatuh yang bisa berpotensi menyumbat air yang mengalir terowongan itu.
"Seminggu bisa tiga sampai lima kali bersih-bersih," ujarnya.
Soal upah, amatlah miris. Sejak lima tahun lamanya, mereka dibayar masing-masing Rp 250 ribu sebulan. Baru kemudian sejak tiga bulan lalu naik menjadi Rp 350 ribu sebulan, pun harus potong pajak.
https://radarbanyumas.co.id/aliran-air-ke-areal-persawahan-tersendat-uptd-sumpiuh-buang-sedimen-gunakan-mesin-pompa-air/
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pelestari Terowongan Air Tirtapala Desa Kalisalak, Triagus Triyono mengatakan, panjang total yang dikerjakan 2,5 km. Dengan beberapa bagian. Ada tembus batu 550 meter, ada juga irigrasi 2 km.
"Jadi tujuan terowongan ini dibuat pada saat itu adalah atas dasar keresahan petani. Dusun Windusari Desa Kalisalak itu hanya bisa panen satu kali. Maka mulai berfikir bagaimana caranya menyatukan air logawa dengan air Cangkok," tuturnya.
Maka, lanjut dia, dibuatlah terowongan untuk irigrasi sampai sungai Cangkok. Ia katakan, saat ini di Windusari Kalisalak bisa panen dua kali dalam setahun.
Ia mengatakan, memang kontribusi dari enam Desa ini masih kurang. "Tadi disampaikan Rp 250 ribu perbulan selama lima tahun. Sedangkan tiga bulan ini baru terima Rp 350 ribu dan dipotong pajak. Itu hanya berasal dari Desa Kalisalak," tandasnya. (*)