Seni Cowongan, Ujungan, Gandaria dan Buncis, Deretan Kesenian Asli Banyumas yang Hampir Punah

Sabtu 06-03-2021,11:07 WIB

SULIT REGENERASI: Pemain kesenian Buncis saat tampil mengiringi Ogoh-ogoh di Acara Tawur Agung Desa Klinting Banyumas sebelum pandemi. DIMAS PRABOWO/RADAR BANYUMAS PURWOKERTO - Kesenian di Banyumas berbasis ritual saat ini hampir punah. Seperti kesenian Cowongan, Ujungan, dan Gandaria. Menurut Kepala Seksi Kesenian Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Carlan, hampir punahnya kesenian-kesenian itu karena kesulitan untuk regenerasi. Terlebih di masa pandemi covid-19, sulit untuk mengadakan tontonan kesenian. https://radarbanyumas.co.id/seniman-jemblung-nganggur-selama-pandemi/ https://radarbanyumas.co.id/curhatan-seniman-ciblek-kaget-selama-jadi-seniman-belum-pernah-berbulan-bulan-tidak-kerja/ "Karena belum diperbolehkan mengumpulkan masa," ujarnya. Dia menuturkan, pada 2017 ada revitalisasi berupa kerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Menggandeng profesor, doktor, dan mahasiswa untuk mempelajari kesenian tersebut. Kelanjutannya bisa diajarkan pada mahasiswa lainnya. Sehingga diharapkan ada regenerasi atau penerus yang melestarikan kesenian-kesenian itu. "Rata-rata pelaku seni yang hampir punah itu berusia di atas 40 tahun," tuturnya. Selain ketiga kesenian itu, kesenian lain yang perlu dilestarikan yaitu Buncis. Carlan mengakui, kesenian Buncis ini dirasa sulit. Harus dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa seni dan keterampilan. "Satu pemain Buncis harus bisa memainkan alat musik, sekaligus menari bersamaan," imbuhnya. Carlan menambahkan, kesenian Lengger kemungkinan masih bertahan. Namun sudah berubah tidak seperti aslinya. Di mana penari merangkap menjadi sinden. Kalau saat ini, penari berbeda dengan sinden. Ada sinden tersendiri yang menyanyi mengiring tarian penari. (ely)

Tags :
Kategori :

Terkait