PENJEMURAN : Seorang warga di Desa Karangsalam, Kemranjen tengah menjemur jenitri yang akan dipasarkan hingga mancanegara. FIJRI RAHMWATI/RADARMAS
KEMRANJEN - Jenitri sebagai bahan baku membuat aksesoris menjadi komoditas yang menjanjikan. Bahkan, pasaran jenitri tembus hingga ke mancanegara dengan omset mencapai miliaran rupiah.
"Ekspor jenitri ke tiga negara, Cina, India dan Nepal," jelas pengusaha jenitri, Setyo Eko Budianto, Minggu (9/9) di halaman rumahnya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen.
Harga jual jenitri cenderung stabil. Berkisar antara Rp 300 ribu setiap satu kilogram. Sementara itu, permintaan jenitri tidak pernah surut sepanjang tahun. Padahal, pohon jemitri dalam setahun dua kali musim berbuah.
"Pesan jenitri ke Papua yaitu ke Timika, Sorong dan Merauke. Setelah pasokan datang, jenitri disortir terlebih dahulu berdasarkan ukuran dan motif," kata Setyo yang sudah tiga tahun menggeluti bisnis jenitri.
Jenitri asal Papua lebih berkualitas ketimbang lokal. Lantaran memang sebagai habitat asli jenitri. Perbedaan terlihat dari ukuran dan motif biji. Jenitri asal Papua jauh lebih besar.
Namun, untuk memenuhi permintaan tiga negara, Setyo juga membeli jenitri dari lokal. Misalnya dari Desa Watuagung Kecamatan Tambak dan Kabupaten Kebumen.
"Walaupun bukan termasuk berbuah sepanjang tahun, pasokan jenitri selalu ada. Sehingga tidak ada kendala pasokan. Ketika di Papua sudah selesai panen, di wilayah lokal panen," jelasnya. (fij)