Guru SMP Pukul 15 Siswa

Rabu 08-08-2018,14:19 WIB

Diduga Gara-Gara Tiru Aksen Cadel PERIKSA : Salah satu korban pemukulan guru didampingi ayahnya, usai melakukan pemeriksaan di Puskesmas Cilongok kemarin. (ALI IBRAHIM/RADARMAS) BANYUMAS - Dunia pendidikan di Kabupaten Banyumas kembali "tercoreng". Ini disebabkan adanya kasus pemukulan terhadap 15 siswa yang dilakukan WR, guru di SMPN 2 Cilongok. Peristiwa ini terjadi Jumat (3/8) pekan lalu. Salah satu siswa WS (14), warga Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok menuturkan, dia dipukul lima kali dengan gagang sapu hingga mengalami memar pada bagian tubuhnya. Bahkan menurut pengakuannya, guru tersebut juga menyodokan gagang sapu ke bagian ulu hati hingga membuatnya muntah-muntah. Menurut penuturan orang tua WS, Aris Susanto (40), peristiwa tersebut berawal saat salat Jumat berjamaah. Saat itu, beberapa siswa menirukan WR yang memiliki aksen cadel. Merasa tersinggung, WR memanggil 15 anak yang diduga menirukan aksen cadelnya. Satu per satu siswa dipukul menggunakan gagang sapu untuk mengakui perbuatannya. WS merupakan salah satu siswa yang mendapatkan pukulan gagang sapu paling banyak hingga mengalami memar. Selasa (7/8) kemarin, WS dengan diantar orang tuanya ke Puskesmas Cilongok untuk melakukan rontgen karena dia terus merasakan sakit. Bahkan setelah kejadian, sesampainya di rumah WS juga sempat muntah-muntah. "Awalnya saya tidak tahu, tetapi setelah didesak akhirnya dia mengaku kalau habis dipukul gurunya. Saya dan orang tua lain yang anaknya dipukul langsung protes," tutur ibu WS, Rustinah. Saat ini, orangtua WS belum bisa mengetahui secara pasti kondisi anaknya, karena hasil rontgen baru diketahui Kamis (9/8) mendatang. Pada Senin (6/8) lalu, para orangtua siswa yang mengaku dipukul gurunya mendatangi sekolah dan menuntut guru tersebut diberhentikan. Saat itu, orang tua dimediasi dengan sekolah yang didampingi personel dari Polsek Cilongok. Sementara itu, saat Radarmas mencoba mengkonfirmasi ke pihak sekolah, kepala sekolah tidak berada di tempat. Saat mencoba bertanya ke salah seorang guru yang enggan disebut namanya, dia mengatakan, oknum guru tersebut rencananya akan diberhentikan. "Rencananya akan diberhentikan, tapi menunggu surat resmi pemberhentiannya. Mending balik lagi kesini besok," katanya. Menurut informasi, oknum guru tersebut masih berstatus sebagai guru honorer. Terpisah, Kapolsek Cilongok AKP Warsono mengatakan, kasus tersebut sudah diselesaikan tanpa melalui jalur hukum. Pihaknya mengaku hanya memediasi. "Kemarin sudah mediasi antara orang tua dan sekolah. Kemudian disepakati guru itu diberhentikan. Mengenai biaya pemeriksaan para korban juga menjadi tanggung jawab sekolah," tuturnya. Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Purwadi Santoso MHum mengatakan, sudah mendapat laporan dari Kepala SMPN 2 Cilongok terkait pemukulan yang dilakukan WR, guru Pendidikan Agama Islam (PAI). "Tadi pagi kepala sekolah ke Dindik melaporkan hal tersebut. Ternyata sudah diambil kesepakatan jika guru tersebut dipindahtugaskan," jelasnya, Selasa (7/8) kemarin. Pemindahtugaskan akan dilakukan secepatnya. Proses pemindahan bisa dalam hitungan hari. Purwadi memperkirakan jika pemindahan bisa dilakukan dalam satu atau dua hari kedepan. Terkait lokasi pemindahan, dipastikan berlokasi dekat dengan tempat tinggal guru "Namun untuk sekolah, jaraknya berjauhan dari sekolah sebelumnya," katanya. Guru tersebut, lanjut Purwadi, statusnya bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga bisa ditempatkan dimana saja. Terkait tindakan yang dilakukan seorang pendidik, Purwadi menilai, hal itu merupakan tindakan membabi buta. "Untuk korban yang membutuhkan perawatan, harus menjadi tanggung jawab sekolah," tegasnya. Lebih lanjut Purwadi mengatakan, seharusnya guru apalagi guru agama tidak diperbolehkan melakukan kekerasan. Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk mendidik anak. Tidak harus dengan kekerasan. "Anak berbuat tersebut wajar. Sehingga tidak perlu melakukan hal demikian," jelasnya. Purwadi juga mengatakan, guru tersebut akan mendapat pembinaan dari Dindik maupun pihak sekolah. "Kami juga sudah mengkomunikasikan dengan MGMP untuk dibina. Ditegaskan jika dalam pendidikan tidak boleh melakukan kekerasan," ucapnya. Purwadi juga sangat menyayangkan, seharusnya semua pihak harus bisa bersikap dewasa sehingga tidak menimbulkan trauma dari berbagai pihak. "Untuk orang tua juga tidak terlalu dirasakan. Jika diberikan aduan dari anak, jika sudah melakukan tindakan anak tidak perlu tahu. Jadi semua pihak tidak ada trauma," katanya menyarankan. (ali/ida/sus)

Tags :
Kategori :

Terkait