BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Banjarnegara memulai langkah besar dalam melestarikan kekayaan literasi daerah melalui program Penelusuran Naskah Tradisional.
Program ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mempublikasikan naskah-naskah kuno yang tersebar di Banjarnegara, termasuk karya monumental seperti Babad Banyumas Dipayudhan.
Guru Besar Sejarah Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sugeng Priyadi menyebut, Banjarnegara sebagai "skriptorium raksasa" karena banyaknya penulis dan naskah babad yang berasal dari daerah ini. Hal ini menjadi dasar bagi Disarpus untuk melibatkan lintas sektor dalam penyusunan strategi penelusuran naskah kuno.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara, Heni Purwono, yang hadir dalam rapat koordinasi, menyoroti tantangan utama dalam pelestarian naskah kuno. Banyak naskah tradisional masih disimpan oleh individu yang menganggapnya sebagai barang sakral atau bertuah.
BACA JUGA:Pasar Hewan di Banjarnegara Sepi, Penurunan Aktivitas Capai 70 Persen Akibat PMK
BACA JUGA:Antisipasi Wabah PMK, Banjarnegara Perketat Pengawasan Ternak
"Butuh pendekatan khusus agar pemilik naskah bersedia berbagi informasi. Dengan demikian, naskah-naskah ini dapat diakses, diterjemahkan, dan menjadi bagian dari kekayaan budaya yang lebih luas," jelas Heni, Kamis (16/1/2025).
Heni juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, termasuk dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta budayawan lokal, untuk melengkapi data pokok kebudayaan dan indeks pemajuan kebudayaan.
Muji Prasetyo, dari komunitas babad Banyumas menambahkan, beberapa koleksi naskah telah dikumpulkan oleh almarhum sejarahwan Banjarnegara, Sarwan Adi Sarwono, dan kini berada di Yayasan Sulistiyo.
Ia mengusulkan, agar Disarpus menyediakan ruang khusus untuk memamerkan koleksi naskah tradisional sehingga masyarakat dapat mengenal lebih jauh warisan literasi leluhur.
"Kami berharap ada ruang khusus di Disarpus yang memuat koleksi naskah kuno. Ini penting untuk mengedukasi masyarakat tentang kekayaan budaya lokal," kata Muji.
Kepala Disarpus Banjarnegara, Arief Rahman menegaskan, komitmen pihaknya untuk menggandeng berbagai pemangku kepentingan dalam penelusuran naskah kuno.
"Kami akan melibatkan filolog, budayawan, dan pemerintah desa untuk mendukung penelusuran ini. Langkah ini penting untuk menggali kearifan lokal sekaligus menghidupkan kembali budaya literasi yang diwariskan oleh masyarakat Banjarnegara di masa lalu," ujar Arief.
Dengan upaya ini, Banjarnegara diharapkan dapat mengungkap lebih banyak warisan budaya yang selama ini tersembunyi, sekaligus memperkuat identitas lokal melalui literasi tradisional. (jud)