Laura Basuki menyambut baik penghargaan yang diberikan kepadanya dalam perhelatan Berlinale Ke-72. (AFP)
Akting Laura Basuki dalam film Before, Now & Then (Nana) berbuah penghargaan bergengsi, The Silver Bear for Best Supporting Performance.
Laura yang berperan sebagai Ino dalam film garapan Kamila Andini itu menjadi pemeran pendukung terbaik versi salah satu festival film terbesar dunia tersebut.
Laura Basuki menorehkan sejarah dalam Berlin International Film Festival (Berlinale) Ke-72 tahun ini.
“Kami bangga sekali,” ungkap Kamila di atas panggung gala final Berlinale 2022 di Berlinale Palast pada Rabu (16/2).
Dia mewakili Laura menerima penghargaan. Sebab, saat pengumuman dibacakan, Laura sudah dalam perjalanan pulang ke tanah air.
Kamila layak bangga. Indonesia juga layak bangga. Baru kali ini film Indonesia masuk kompetisi utama Berlinale. Film yang diangkat dari salah satu bab biografi Jais Darga Namaku itu bersaing dengan 17 film lain dari 17 negara. Persaingan yang ketat.
Kendati Before, Now & Then (Nana) adalah debutan sineas Indonesia di Berlinale, sejak hari pertama festival sudah terbaca bahwa film yang dibintangi Laura dan Happy Salma itu bakal mendapatkan penghargaan. Penontonnya membeludak. Tiket seharga EUR 10 atau setara Rp 162 ribu selalu sold out.
Sebagai sutradara, Kamila juga jeli. Dia mampu melahirkan tokoh-tokoh berkarakter dalam filmnya. Salah satu keistimewaan Before, Now & Then (Nana) yang tidak ditemui dalam film-film Kamila yang lain adalah penggunaan bahasanya. Ya, Kamila menggunakan bahasa Sunda dalam film tersebut. Seluruh dialognya 100 persen dalam bahasa Sunda.
Meskipun berdarah Sunda, Happy sempat sulit melafalkan dialog dalam film tersebut. Sebab, yang dipakai dalam film itu adalah bahasa Sunda lawas. Kamila sengaja menyesuaikan pemakaian bahasa Sunda sesuai latar waktunya. Yakni, wilayah Jawa Barat periode 1960-an.
https://radarbanyumas.co.id/film-kesepuluh-the-rock-pergi-jason-momoa-masuk-di-fast-furious-10/
Jika Happy yang urang Sunda saja harus struggling, apa kabar pemeran lain yang bukan orang Sunda? Ibnu Jamil, misalnya. Pemeran Raden Icang Suryanata itu sempat sok tahu dengan menggunakan logat dan bahasa Sunda yang sering dia dengar. Tapi, pria yang banyak membintangi sinetron dan FTV tersebut ditegur acting coach yang memandunya.
“Kang, itu mah bahasa Sunda di sinetron. Bukan kayak gitu seharusnya,” katanya sambil mengingat kembali masa-masa workshop.
Setelah melewati pendalaman karakter, Ibnu kemudian mantap memerankan suami pertama Nana tersebut. “Saya senang sekali mendapatkan peran ini. Dari awal saya yakin film ini akan jadi sesuatu yang indah,” ungkapnya saat ditemui wartawan Jawa Pos Dinarsa Kurniawan di kawasan Potsdamer Platz, Berlin. (*/c7/hep/jawapos/ttg)