Film Penyalin Cahaya atau Photocopier diputar secara perdana di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 di Busan Cinema Center, Busan, Korea Selatan (Korsel), belum lama ini. World premiere film ini ternyata mendapat sambutan positif dari sineas dan masyarakat di sana.
Hal itu terbukti acara nonton film karya sutradara Wregas Bhanuteja itu ditonton kurang lebih 200 penonton. Angka itu sudah sangat luat biasa mengingat menerapkan protokol kesehatan ketat.
Acara nobar ini jadi semakin seru dengan adanya sesi tanya jawab dengan para penonton. Shenina Cinnamon, pemeran utama film tersebut, mengatakan film Penyalin Cahaya diterima dengan sangat baik oleh banyak orang saat pemutaran perdana di Busan Cinema Center.
https://radarbanyumas.co.id/wow-film-litlle-mom-trending-di-22-negara-langsung-dapat-penghargaan-dari-muri/
"Saya senang dan juga bangga karena dalam acara world premiere di BIFF ini adalah pertama kalinya saya menonton film Penyalin Cahaya di layar lebar. Walaupun kapasitas bioskopnya hanya 50 persen karena protokol kesehatan, tapi alhamdulillah pemutaran film ini penontonnya full," kata Shenina dalam keterangan tertulis kepada media, Rabu (14/10).
Dia mengungkapkan, reaksi positif penonton terjadi karena pesan dalam film ini sangat baik dan sejalan dengan apa yang kini sedang diperjuangkan oleh publik Korea tentang anti anti kekerasan seksual.
"Reaksi positif para penonton di BIFF membuat saya bahagia. Ditambah lagi setelah selesai pemutaran film, banyak penonton yang berpartisipasi dan memberikan pertanyaan- pertanyaan ke Wregas dan saya. Jadi saya semakin meyakini bahwa para penonton film Penyalin Cahaya di BIFF bukan cuma penasaran ingin tahu lebih banyak tentang filmnya, tapi juga menerima maksud dari pesan filmnya," tutur Shenina.
Sementara itu,Wregas mengungkapkan diskusi tentang film ini berjalan dengan sangat menarik memunculkan pertanyaan-pertanyaan tajam dan kritis.
Selain bertanya tentang tentang film Penyalin Cahaya, pertanyaan penonton di Korea juga berusaha menguak situasi sosial budaya di Indonesia.Publik di Korea penasaran untuk menggali lebih dalam lagi lapisan-lapisan yang ada dalam film.
"Mereka cenderung menanyakan soal budaya dan kondisi terkini. Seperti gerakan anti kekerasan seksual di Indonesia bagaimana. Mereka juga bertanya tentang pergerakan mahasiswa di Indonesia dan hubungan maupun perbedaan kelas di Indonesia," tuturnya.
"Apresiasi penonton sangat bagus karena statement tentang anti kekerasan seksual yang diutarakan di film juga merupakan perlawanan yang sama dengan apa yang sedang dilakukan oleh masyarakat Korea, berjuang melawan kekerasan seksual," imbuhnya.
Film Penyalin Cahaya yang diproduksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures, berkisah tentang Sur (Shenina Cinnamon) yang harus kehilangan beasiswanya akibat dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar. Ia tidak mengingat apa pun yang terjadi pada dirinya saat menghadiri pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya.
Dalam pesta tersebut, Sur tidak sadarkan diri. Ia lantas meminta bantuan Amin (Chicco Kurniawan), teman masa kecilnya yang juga tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta. (jpc)