Penyanyi sekaligus aktivis Melanie Subono untuk pertama kalinya menjajal profesi baru sebagai seorang produser. Debut film yang diproduserinya berjudul Tentang Ibu.
Putri Andrie Subono itu kaget karena ternyata biayanya membengkak. Biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar dari kalkulasi Melanie di awal.
“Aku banyak sekali miskalkulasi di awal. Berantakan banget. Kita kan ngertinya cuma bagian kasarnya saja ya, ternyata begitu kelar syuting masih banyak ada surat ini, ngedit ini dan lain-lain. Ini yang aku gak paham sebelumnya,” kata Melanie Subono dalam jumpa pers virtual Kamis (7/10).
Perempuan kelahiran Jerman, 20 Oktober 1976, mengaku menjadi produser film secara otodidak. Tidak ada yang mengajari Melanie Subono tentang teknis menjadi produser. Akibatnya, dia pun tidak terlalu tahu detail tentang proses pengerjaan film dan apa saja dana yang diperlukan.
https://radarbanyumas.co.id/putri-marino-terus-syuting-saat-pandemi-untuk-film-losmen-bu-broto-di-jogjakarta/
Namun karena sudah membuat film, dia punya tekad bulat untuk menyelesaikan semuanya sampai tuntas. Melanie Subono bersyukur mendapat bantuan dari sejumlah perusahaan untuk meringankan bebannya dalam menanggung biaya produksi.
Melanie mengakui ada dana pribadinya yang harus keluar untuk keperluan pembuatan film Tentang Ibu. Namun jumlahnya tidak terlalu besar.
” Berantakan karena kita gak ada yang ngajarin sebelumnya. kekurangan kamar hotel misalnya, Parekraf membantu menutupi itu. Gak ada duit tapi kita gak kekurangan karena dibantu,” tuturnya.
Dia mau memproduseri film Tentang Ibu karena memiliki pesan positif. Menurut Melanie, film yang akan tayang di platform Vidio mulai 1 Desember mendatang ceritanya berasal dari mendiang BJ Habibie.
“Ibu di sini yang kita angkat ibu dalam bentuk wujud ibu, ibu bumi dimana kita bercerita tentang rempah, ada makanan dan segala macam. Dan ibu pertiwi. Kita tidak pernah melupakan bendera Merah Putih di 5 daerah,” kata Melanie.
Film Tentang Ibu dibintangi oleh aktris senior Jajang C. Noer dan Khiva Iskak. Selain itu, film ini juga melibatkan sejumlah pemain perempuan lokal di 5 daerah yang menjadi lokasi syuting. Lokasi syutingnya mengambil lokasi di Papua, Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Maluku.
“Pemain daerah yang memerankan menggunakan bahasa mereka. di jawa pakai bahasa Jawa, di padang bahasa Padang, itu salah satu bentuk keibuan,” kata Melanie. (jpc)