Lebih Dekat dengan Dr Fathul Aminudin Aziz MM (1)

Lebih Dekat dengan Dr Fathul Aminudin Aziz MM (1)

Memimpin Itu, Kombinasi Kemauan dan Kemampuan PANGGILAN akrabnya Pak Aziz. Pribadi fokus dan pekerja keras sekaligus cerdas. Selain nama, Anda harus menyelami dunia akademik, organisasi dan wirausaha dimana Pak Aziz disebut sukses menjalani ketiganya. Lantas, seperti apa sepak terjang putra kelahiran Pesahangan tersebut? Radar Banyumas menurunkan laporan berseri khusus untuk Anda. Fathul Aminudin Aziz saat berdialog dengan mahasiswa FEBI IAIN Purwokerto dalam acara Kongres Mahasiswa, belum lama ini. (istimewa) HANYA butuh satu tahun sejak 2015, Pak Aziz menunjukkan kelasnya sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. Pria kelahiran 3 April 1968 tersebut membawa FEBI melampaui fakultas lain yang lebih dulu ada. Ekonomi Syariah, salah satu jurusan di dalamnya bahkan sudah terakreditasi A. "Prinsip dan strategi utama yang saya pakai; benahi pelayanan prima (internal), transparancy budgeting dan prioritas program unggulan. Saya pikir, apapun lembaganya, berapapun orang yang dilayani, prinsip dan strategi kerja itu solusinya," kata Pak Aziz menggambarkan. Bicara pelayanan prima, Pak Aziz berprinsip bahwa pegawai itu pelayanan mahasiswa. Sistem one stop service dan swalayan diterapkan. Dimana mahasiswa bisa mendapatkan pelayanan apa saja, bahkan ada standar waktunya jelas. Semua dibuat terstruktur dan tersistematis, sehingga memudahkan evaluasi. "Prinsip yang saya pakai juga, pelayanan tersentral tapi didekatkan. Tidak di fakultas tapi langsung di prodi. Semua bisa kami lakukan karena memanfaatkan teknologi informasi. Praktik dimana saja, pemerintahan misalnya pasti bisa. Biaya terjangkau, asal ada kemauan dan kemampuan," kata suami dari Hj Faiqoh Subky SH MPd tersebut. Ada yang berkemampuan, tapi tidak mau. Ada yang berkemauan tapi tidak mampu. Termasuk, katanya soal transparancy budgeting. Pak Aziz mengumumkannya secara terbuka dengan membuat banner di dinding ruang seluruh fakultas. Semua orang bisa melihat bahkan ikut mengoreksi dan mengawasi, tau kemana arah uang. Yang ketiga, Pak Aziz melakukan prioritas program unggulan yang terarah dan terukur. Umumnya, kata Pak Aziz pimpinan lembaga, hanya fokus merencanakan program, actualisasi kemudian evaluasi. "Jadi, ada yang sibuk hanya karena akan ada akrediasi, inspektorat dan sebagainya. Setelah dapat nilai sudah. Padahal, memimpin lembaga, organisasi, perusahaan, pemerintahan itu ya plan (rencana), go (jalankan), cek kemudian go (jalankan) lagi terus tidak berhenti,"ujarnya. Pengalamannya bekerja di inpektorat jenderal Kemenag RI (1994-2001) cukuplah menjadi bekal untuk bertindak strategis dan terukur. Dia begitu fokus pada potret pelayanan, administrasi, manajemen dan budgeting. Dia berprinsip, tidak mau bekerja hanya mengikuti alur saja. "Kita itu harus melakukan sesuatu, jangan hanya menjalankan. Terobosan itu harus, bagi saya, setidaknya lebih menghalalkan gaji yang saya terima. Kalau hanya mengalir, sama saja tidak berbuat apa-apa. Yang kita pimpin yang jadi korban," terangnya. Pernah bercita-cita menjadi hakim namun tidak mendapat restu ayahya itu telah banyak menulis buku. Diantara sebagian bukunya mengenai MS Word, Exel, Khabar dari Langit, Manajemen Dalam Perspektif Islam, Manajemen Pesantren, Manajemen Ansor Aswaja, Kewirausahaan Dalam Islam dan lainnya. Ayah dari Fahira Aziza, Fahreza Nabiel Aziz dan Farrel Ababiel Aziz ini merupakan pribadi yang taktis dan trengginas. Sebagaimana rumus umum, sukses itu adalah buah dari keprihatinan dan teguh menjalani hidup. Ketua OSIS MAN II Yogyakarta ini memiliki pengalaman hidup yang berkesan sampai sekarang. “Pertama kali diangkat menjadi CPNS di Irjen Kemenag Pusat, gaji saat itu Rp 165.000 sedangkan biaya kost Rp 200.000/bulan,” kenang Pak Aziz. Kondisi tersebut, mau tidak mau mendorong Pak Aziz kreatif memutar otak. Solusinya, dia kost bersama temannya sebanyak 4 orang dalam satu kamar. Mie instan menjadi pilihan utama, agar living cost (biaya hidup) bisa ditekan sedemikian rupa. Keberhasilan memimpin FEBI IAIN Purwokerto, sampai mengundang FEBI IAIN Surakarta yang lebih dahulu ada melakukan studi banding, tertarik dengan keberhasilan kepemimpinan Pak Aziz. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: