Atika Damayanti, Barista Perempuan Purwokerto
Penikmat Kopi Garis Keras, Dijuluki Gadis Robusta Purwokerto Kopi selama ini didentik dengan laki-laki. Tidak salah memang, karena memang laki-laki sangat dekat dengan kopi. Dari pagi, siang, sore hingga malam hari. Namun, itu tidak berlaku untuk Atika Damayanti. Bukan lahi sebatas penikmat, tapi juga barista perempuan. BAYU INDRA KUSUMA, Purwokerto Atika Damayanti (23) sudah begitu terkenal sebagai barista atau peracik kopi di kota Satria Purwokerto. Bahkan menjadi salah satu barista perempuan yang cukup dikenal pecinta kopi di eks-Barlingmascakeb. Bagi Atika, kopi sudah menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya sehari-hari. Dia mengatakan, perkenalannya dengan kopi terjadi secara tak sengaja. Bahkan, bisa dibilang terpaksa. "DUlu pertamanya dicekokin temen. Tapi lama-lama jadi suka. Dulu bahkan saya termasuk penikmat kopi garis keras meski masih kopi pabrikan. Dulu satu kali ngopi bisa sampai empat gelas," ujarnya yang rutin meminum kopi sejak masih duduk di bangku SMP. Selain itu, pengalamannya tentang kopi juga didapatnya dari sang ayah. Diakuinya, sejak dulu sering dimarahi bapak karena ketahuan sedang minum kopi. Meski demikian, dari keluarga sebenarnya tidak melarang, tapi lebih mengedepankan batasan. "Sebenarnya boleh, tapi karena dulu masih kecil jadinya dimarahi terus. Soalnya saya kalau ngopi suka kaya orang kesetanan," candanya. Gadis asal Semarang ini, mengaku memang baru 1,5 tahun tinggal di Purwokerto. Namun perkembangan kopi di Purwokerto menurutnya sangat pesat. Dia mengaku awalnya datang ke Purwokerto memang untuk belajar meracik kopi, meski demikian, nyatanya saat ini dia bercita-cita menetap di Purwokerto dan ingin membuka warung kopinya sendiri pada awal tahun 2017 nanti. "Saya belajar bikin kopi sejak awal tahun 2016 lalu. Awalnya ya cuma tanya-tanya saja, lalu sampai akhirnya ketemu temen-temen di juguran kopi, lalu diperbolehkan mencoba meracik kopi sendiri," tegasnya. Sampai saat ini, Atika lebih dikenal sebagai "Gadis Robusta Purwokerto". Hal itu karena keaktifannya di berbagai even para barista dan pecinta kopi di Purwokerto. Selain itu, keahliannya cenderung meracik kopi berjenis robusta ketimbang kopi-kopi arabica, menjadikannya lebih dikenal dengan sebutan itu. "Dulu cuma bisa lihat orang-orang bikin kopi, tapi sekarang sudah bisa nyiapin sendiri. Kalibrasi juga sudah bisa seperti nakar, termasuk beberapa metode racikan kopi dengan berbagai alat," ujar gadis kelahiran tahun 1994. Saat ini, Atika mengaku sudah memiliki beberapa alat peracik kopi di rumahnya. Meski demikian, dia justru lebih menyukai keramaian dengan menyambangi seluruh warung atau cafe kopi yang ada di Purwokerto dan sekitarnya. "Kalau sendiri suka bingung, karena kita yang bikin kita yang menilai, dan itu tidak objektif. Kalau ramai kan enak bisa sekalian belajar dari kritikan orang terhadap kopi yang sudah kita seduhkan," terangnya. Dari berbagai metode racikan kopi yang ada, dia lebih menyukai penyeduhan kopi robusta dengan metode v60. Menurutnya, metode v60 lebih menonjolkan tekstur kopi yang lebih pekat, meski tidak sepekat metode tubruk atau seduh langsung. "Paling tidak bisa disesuaikan dengan keinginan, bisa dibikin lebih kuat di rasa atau di aromanya atau keduanya," pungkasnya.(*/acd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: