Korban Meninggal DBD Bertambah

Korban Meninggal DBD Bertambah

[caption id="attachment_102186" align="aligncenter" width="100%"] Ilustrasi[/caption] PURWOKERTO - Pasca ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 15 Februari, jumlah korban meninggal dunia terus bertambah. Saat ini jumlah korban meninggal mencapai 13 orang. Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Sadiyanto mengatakan, korban terakhir yang meninggal dunia akibat DBD ada tiga orang. Yakni Bayu Aji Sapta (19) warga Kemranjen RT 1/1, Hafiz Sapta (2) asal Gumelar RT 3/1, dan Farel (10 bulan) asal Pabuaran, Purwokerto Utara RT 3/5. "Ketiganya dinyatakan meninggal dunia akibat DBD setelah dilakukan identifikasi," katanya. Lebih lanjut Sadiyanto mengatakan, status KLB DBD sempat akan dicabut karena jumlah kasusnya terus mengalami penurunan setiap harinya. Namun karena korban meninggal dunia bertambah, status KLB kembali akan dievaluasi. "Kita evaluasi. Memang kita tadinya merencanakan mau menurunkan status KLB-nya tanggal 19 Maret, karena memang kasusnya sudah tejadi penurunan dan naik turunnya sudah agak stabil. Tetapi ternyata tanggal 5 Maret ada kejadian kenaikan kasus, dan ada yang meninggal tiga orang," jelasnya. Pihaknya terus berupaya melakukan evaluasi DBD. Selain itu, untuk menekan jumlah penyebaran DBD, pihaknya juga melakukan beberapa gerakan. Seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menurunkan ban bekas di atap rumah-rumah warga, gerakan satu rumah satu jumantik, gerakan menutup ptongan pohon bambu dengan tanah dan gerakan memantau minggu bersih secara mandiri. "Untuk gerakan satu rumah satu jumantik, kami minta tolong kepada kepala desa dan bidan desa supaya mensosialisasikan kepada warga untuk gerakan PSN satu rumah satu jumantik. Nantinya bisa bapaknya, ibunya bahkan anaknya yang sudah dewasa akan ditunjuk untuk memantau rumahnya sendiri setiap harinya," terangnya. Berdasarkan data, jumlah kasus DBD sejak Januari hingga 16 Maret mencapai 470 kasus. Sementara jumlah korban meninggal mencapai 13 orang. "Yang tertinggi pernah mencapai 35 kasus dalam satu hari, tapi sekarang sudah berangsur normal," ujarnya. (why/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: