Tingkat Kredit Bermasalah Masih Berpotensi Naik

Tingkat Kredit Bermasalah Masih Berpotensi Naik

JAKARTA –Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, angka rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan sebenarnya belum mengkhawatirkan. NPL perbankan saat ini berada di 2,9 persen (gross). Itu meningkat 0,4 persen dibandingkan akhir Desember 2015. Angka tersebut sebenarnya masih aman. Sebab, ambang batas NPL maksimal lima persen. Namun, OJK menduga ada potensi berkelanjutan dari naiknya NPL dari bulan ke bulan. ’’NPL sepertinya masih terlihat sustain,’’ katanya. Tren kontinuitas naiknya NPL tidak terlepas dari dampak negatif isu-isu ekonomi global, terutama kondisi di Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Ketidakpastian ekonomi itu berimbas ke pasar keuangan dalam negeri. Akibatnya, kurs rupiah kembali melemah karena mengikuti indeks harga saham gabungan (IHSG). Nelson menyatakan, pihaknya kini mewaspadai sentimen negatif eksternal berupa rencana kenaikan the federal fund rate. Kenaikan itu diprediksi berimbas pada pelarian modal ke luar sistem ekonomi domestik/capital outflow. ’ ’Hal tersebut membuat IHSG drop cukup dalam sehingga banyak terjadi capital outflow dan melemahnya rupiah. Itu sensitif dan kami perlu mewaspadai,’’ ungkapnya. Nelson-Tampubolon Secara umum, lanjut Nelson, kondisi perbankan tetap mengalami pertumbuhan, meski tipis. Hal tersebut dilihat dari jumlah aset, penyaluran kredit, dan pengumpulan dana pihak ketiga. Undisbursed loan perbankan sepanjang kuartal pertama 2016 didominasi bank asing Sekawanan bank luar negeri dalam BUKU 3 itu mencatat undisbursed loan 35,27 persen. Merujuk statistik perbankan Indonesia (SPI), undisbursed loan bank BUKU 4 tercatat sepuluh persen dan barisan bank BUKU 2 hanya sebelas persen. Praktis dengan sajian data itu menunjukkan bank asing tidak memaksimalkan kredit. Mereka malah melakukan pembiaran terhadap fasilitas kredit yang mestinya bisa dipakai untuk aktivitas bisnis. Kendati demikian, dalam kacamata Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah fasilitas kredit belum ditarik nasabah (undisbursed loan) perbankan relatif membaik pada kuartal pertama 2016. Itu terjadi seiring lonjakan penyerapan kredit oleh pelaku sektor riil. Tidak disangkal, kredit mubazir bank umum naik 3,6 persen kuartal pertama 2016, tetapi lebih rendah dibanding periode sebelumnya. ”Undisbursed loan dari barisan BUKU 3 mayoritas bank manca,” tutur Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon. Selanjutnya, dari sisi nilai, kelompok bank BUKU 3 menghiasi jajaran pembiaran kredit senilai Rp 721,34 triliun. Artinya, bank asing mengapling sekitar 60 persen dari total kredit tidak ditarik bank umum mencapai Rp 1.236 triliun. (*/ded/far/jos/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: