35 Siswa SMP Asal Clapar Diasramakan

35 Siswa SMP Asal Clapar Diasramakan

BANJARNEGARA – Pelaksanaan Ujian Nasional tinggal hitungan hari. Putusnya jalur dari arah Pagentan-Madukara akibat longsor Jumat (25/3) lalu membuat sejumlah siswa asal Desa Clapar, Kecamatan Madukara kebingungan. Beruntung, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Banjarnegara tanggap terhadap kondisi tersebut. Disdikpora berencana mengasramakan siswa-siswi dari Desa Clapar yang akan mengikuti ujian nasional tahun ini. Kepala Disdikpora, Nur Tamami mengatakan, langkah itu dilakukan melihat situasi dan kondisi di Desa Clapar. “Salah satunya mengasramakan mereka di sekolah selama mengikuti ujian nasional," kata dia. Dengan mengasramakan mereka di sekolah, lanjutnya pelajar tidak akan terbebani dengan situasi yang mereka hadapi saat ini. Terlebih lagi jalur transportasi yang putus, akan sangat menyulitkan mereka nantinya saat mengikuti ujian nasional. Kebijakan ini ditempuh khusus untuk siswa-siswi dari tingkat SMP. Sedangkan untuk tingkat SMA atau SMK, diserahkan sepenuhnya ke keluarga. Karena sebagian besar mereka memiliki kendaraan bermotor sendiri. Dari inventarisir yang sudah dilakukan, terdapat sebanyak 35 siswa-siswi yang berasal dari Desa Clapar yang akan mengikuti ujian nasional di SMP 1 Madukara. Meskipun akan diasramakan, siswa-siswi juga bisa tidak memilihnya. Mereka diperbolehkan bila mempunyai saudara atau kerabat yang dekat dengan sekolah. "Dipersilahkan jika akan tinggal di rumah saudara dan tidak berada di asrama. Namun kami akan tetap mendata dan memastikan dimana mereka akan tinggal sementara nantinya," ujarnya. Selama tinggal di asrama sekolahan, kebutuhan mereka akan dipenuhi. Terutama ketersediaan makanan. Selain itu sebenarnya dengan tinggal di asrama, pengawasan dan pendampingan akan lebih mudah dilakukan oleh para guru sekolah. Sebelumnya, ada wacana untuk memindahkan ujian nasional dari SMP 1 Madukara ke SMP 1 Pagentan. Untuk langkah ini, pihaknya sudah menyiapkan dua ruangan ujian nasional. "Ruangan sebenarnya sudah disiapkan. Dan nantinya pengawas yang akan datang ke SMP 1 Pagentan," lanjut dia. Namun banyak pertimbangan dari orang tua sekolah dan juga kepala desa. Karena dinilai cukup jauh dan tidak nyaman lantaran berbeda lingkungannya dengan yang ada di sekolah asal. Sehingga diputuskan untuk tetap menggelar ujian nasional di SMP 1 Madukara dengan konsep diasramakan tersebut. "Harapannya mereka akan tetap nyaman dan dapat meraih sukses ujian nasional," ujar Nur Tamami. Sementara itu, data terbaru, akibat longsor di Desa Clapar menyebabkan rumah rusak berat 20 unit, rusak sedang 2 unit, rusak ringan 4 unit dan 33 rumah kondirinya terancam. Untuk longsoran diperkiraan sejauh dua sampai tiga kilometer dari ujung hingga bawah longsoran dengan rata-rata lebar longsoran 100 -200 meter. Sementara untuk area terdampak diperkiraan lebih dari delapan hektar. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara akan melakukan koordinasi dengan pemerintah desa Clapar, Kecamatan Madukara perihal lahan relokasi korban longsor. Pemkab merencanakan akan memanfaatkan tanah Desa Clapar yang berada di Dusun Sinanjer untuk merelokasi rumah korban yang sudah rata tanah akibat tanah longsor. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio menuturkan wacana memanfaatkan tanah desa setelah mendapat rekomendasi dari tim geologi terkait keamanan lokasi tersebut. Hanya saja, saat ini masih dalam tahap koordinasi dengan Pemdes sambil menunggu perkembangan jumlah korban. “Kemarin kami sudah meminta tim geologi untuk mengkaji terkait kemiringan tanah dan pergerakan tanah. Dan hasilnya, tanah milik Desa Clapar dinyatakan aman dan layak untuk pemukiman,” ujarnya, Rabu (30/3). Ia optimistis, tanah milik desa seluas 3 hektar tersebut mampu menampung korban longsor. Berdasarkan data Rabu (30/3) jumlah rumah yang rusak ada 17 unit. Sedangkan lokasi longsor dengan lokasi relokasi berjarak sekitar 1 kilometer. “Kami sengaja mencari tempat yang tidak jauh dari pemukiman sebelumnya. Dengan pertimbangan agar tidak jauh dari lokasi perkebunan milik warga korban bencana longsor,” lanjutnya. Untuk tahapan selanjutnya, Catur mengatakan selain melakukan koordinas, juga sambil melihat nilai aprisial untuk mencari pengganti tanah milik Desa Clapar tersebut. Saat disinggung perihal persiapan relokasi, baru akan dilakukan setelah transisi dari masa darurat. “Sekarang masih tanggap darurat, nanti kami mengusulkan ke tingkat pusat maupun provinsi. Karena jika kami melaporkan sekarang, nanti ada tambahan korban. Mengingat kondisi saat ini tanah masih bergerak,” paparnya. Sementara untuk infrastruktur jalan, Catur menjelaskan melalui Desa Larangan Kecamatan Pagentan sampai ke Desa Limbangan Kecamatan Madukara. Menurutnya, jalur anlernatif ini justru menguntungkan warga Kecamatan Pagentan. Sebab jarak menuju ke Kota Banjarnegara menjadi lebih dekat. “Bagi warga Pagentan jalur ini termasuk memotong kompas, yakni lebih dekat sekitar 5 kilometer,” terangnya. Ia menambahkan sejauh ini tidak ada kendala dalam penanganan bencana longsor tersebut. hanya saja untuk penyaluran bantuan harus memutar melalui Kecamatan Karangkobar. (uje/acd) Judul Sambungan: Relokasi Gunakan Tanah Desa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: