Hujan Jangan Dijadikan Alasan Proyek Fisik Molor
Pembangunan Jembatan Tegalpingen-Pepedan PURBALINGGA - Komisi IV DPRD Purbalingga kembali mengingatkan kepada rekanan penggarap proyek fisik jalan dan jembatan, agar musim hujan jangan dijadikan alasan untuk molornya pekerjaan. Wakil Ketua Komisi IV Karseno menjelaskan, seperti pembangunan jembatan Tegalpingen- Pepedan yang saat ini pekerjaannya sudah mencapai 70 persen hingga pekan kemarin dan tinggal pemasangan pasangan besi dan beberapa cor, tidak terlalu terpengaruh hujan. DIKEBUT : Rekanan menggunakan alat berat untuk tahap akhir pekerjaan jembatan Tegalpingen-Pepedan.AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS “Kalau dikategorikan berpengaruh ketika hujan selama seminggu berturut-turut tiada henti. Namun itu saja harus dihitung berapa hari waktu tersita tidak ada pekerjaan karena hujan. Hanya saja, tetap bukan alasan molornya pekerjaan,” katanya. Pengerjaan proyek jembatan penghubung Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, dan Desa Pepedan, Kecamatan Karangmoncol, harus terus dikebut. Sebab, masa akhir kontrak pekerjaan pada 3 Desember mendatang. Misalnya hujan menjadi pengaruh, maka bisa mengajukan perpanjangan waktu. “Perpanjangan waktu maksimal 50 hari dan kami rasa masih mencukupi untuk rekanan menyelesaikan pekerjaan,” tambahnya. Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Nugroho Priyo Pratomo ST mengatakan, secara umum pekerjaan fisik tidak harus beralasan hujan menjadi kendala. Kecuali pekerjaan yang langsung berhubungan dengan air, misalnya di sungai dan lainnya. “Khusus untuk jembatan, saat ini sudah tidak terlalu berpengaruh,” tegasnya. Terpisah, warga dua desa sangat berharap proyek jembatan Tegalpingen-Pepedan segera selesai. Pasalnya tanpa adanya jembatan, warga harus jalan memutar. Kepala Desa Tegalpingen, Sobirin Hermawan mengungkapkan, warganya membutuhkan waktu lama untuk menuju wilayah lain. Bahkan untuk menyingkat waktu, banyak warga yang memilih menyeberangi Sungai Gintung. Hal senada diungkapkan Kepala Desa Pepedan, Zahid Zuriatno. Menurutnya, warga Desa Pepedan jika ingin ke kota Purbalingga harus menyeberang Sungai Gintung dan melewati Desa Tegalpingen. “Kalau surut, warga baru berani lewat sungai. Kalau hujan, warga terpaksa memutar dengan jarak sekitar 30 kilometer,” ujarnya. (amr/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: