Ngudiono, Inovasi Mengolah Nanas Menjadi Berbagai Produk
Kenalkan Nanas Jadi Jajanan Khas Purbalingga Pemasaran hingga Luar Negeri Hasil nanas yang melimpah di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, di tangan Ngudiono, bisa dijadikan berbagai macam olahan yang mempunyai nilai jual tinggi. INOVASI : Ngudiono berinovasi membuat nanas yang melimpah di Desa Siwarak menjadi berbagai produk. (GALUH WIDOERA/RADARMAS) GALUH WIDOERA, Purbalingga Di tangan Ngudiono, setiap bagian nanas tidak ada yang terbuang. Daging nanas sangat berguna. Bahkan kulit nanas yang biasanya dibuang, dikembangkan sebagai bahan baku nata de pina yang diolah seperti nata de coco. Kemudian pucuk nanas dicacah untuk pakan ternak. Sementara sisanya digunakan untuk pupuk kompos. Dikatakan Ngudiono yang memiliki home industry NanasQu yang berada tak jauh dari pintu masuk Goa Lawa, hasil pertanian nanas di Desa Siwarak cukup besar. Setiap hari ribuan nanas ditanam dan setiap hari juga berbuah. Dengan jumlah panen yang besar, pria kelahiran 26 Januari 1979 ini mencari cara agar petani di Desa Siwarak tidak mengalami kerugian karena panen yang melimpah. “Kalau produk melimpah di pasar, harga akan anjlok. Melalui pengolahan nanas, warga Desa Siwarak bisa menaikkan nilai jual dan mengatasi kelebihan produksi agar harga nanas tidak anjlok,” katanya. Dengan merek produksi NanasQu yang dibuat beberapa tahun lalu oleh Ngudiono, dia mulai mengolah nanas menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Dia mengembangkan olahan nanas madu menjadi tujuh jenis jajanan khas Purbalingga. Yakni minuman nanas, dodol nanas, roti nanas, manisan nanas, kerupuk nanas, nata de pina, dan cocktail nanas. Awal produksi, Ngudiono memasarkan keluar daerah. “Tahun ini baru merambah lokal Purbalingga. Kita ingin uji coba pasar. Diterima di pasaran, baru diboomingkan di Purbalingga,” ujarnya. Bahkan, ayah tiga putra ini pernah mendapatkan permintaan dari orang Jerman untuk membuat cocktail nanas. Namun masih terkendala pada rasa. “Sudah lolos uji produknya. Tapi dari Jerman tidak suka yang manis, mintanya yang asem,” katanya. Saat ini, mayoritas pemasarannya masih di luar daerah. Yakni ke Kalimantan, Semarang, dan Jakarta. Produksi satu hari dari NanasQu, sekitar 600 cup cocktail nanas. “Selain cocktail nanas, masih ada produk lain. Tapi produksi yang terbanyak dan paling laris cocktail nanas,” ujarnya. Saat ini produknya masih dalam cup plastik. Ke depan, dia akan mengemas dengan kaleng agar tahan satu tahun. Hal itu diperlukan agar produk NanasQu bisa merambah luar negeri. “Kebetulan ada permintaan dari Timur Tengah, tapi kami masih melakukan pengembangan. Baik dalam pengemasan maupun produksinya. Saat ini masih manual jadi belum berani menerima pesanan dalam jumlah besar,” terangnya. Harga cocktail nanas 165 ml untuk kemasan enam cup dijual Rp 20 ribu. Saat ini dia masih menggunakan harga promo untuk mengenalkan produk khas Desa Siwarak. "Di tahun ini, sudah ada 14 toko di Purbalingga yang menyediakan jajanan berbahan baku nanas. Kami juga bidik obyek wisata,” imbuhnya Ngudiono menuturkan, ke depan akan totalitas mengembangkan usahanya. Terutama mendorong olahan nanas agar menjadi jajanan khas Purbalingga seperti olahan carica di Kabupaten Wonosobo. “Permintaan sudah banyak, produk juga sudah lolos uji. Kami ingin agar produk NanasQu berkembang dan bisa menginspirasi banyak orang dengan menjadikannya jajanan khas Purbalingga. Serta bisa ikut menurunkan angka pengangguran di Purbalingga,” jelasnya. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: