Proyek Jembatan Tegalpingen-Pepedan Dikebut

Proyek Jembatan Tegalpingen-Pepedan Dikebut

PURBALINGGA - Pengerjaan proyek jembatan penghubung Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, dan Desa Pepedan, Kecamatan Karangmoncol, dikebut. Saat ini, progress pembangunan mencapai 40 persen dari target. Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Nugroho Priyo Pratomo ST mengatakan, kontraktor tengah menggarap pengerjaan ambutment (kepala jembatan). Ambutment merupakan bagian inti jembatan yang berfungsi memikul semua beban pada bagian atas jembatan. DIKEBUT : Pekerjaan proyek Jembatan Tegalpingen-Pepedan dikebut agar bisa selesai sesuai target yakni akhir Desember mendatang. (GALUH WIDOERA/RADARMAS) “Saat ini sudah 40 persen target yang telah dikerjakan. Tinggal satu ambutment yang belum dicor. Kami meminta kontraktor memperhatikan pengerjaan ambutment, karena merupakan bagian inti dari jembatan yang mempengaruhi kekuatan dan usai jembatan,” katanya. Hingga awal September, progres pengerjaan berupa pembuatan pondasi oprit dan empat pilar yang menopang jembatan. “Untuk rangka jembatan baja sedang dalam proses pabrikasi di Jakarta. Sambil menunggu jadi, pengerjaan bagian-bagian kaki dikebut,” ujarnya. Pembangunan jembatan lebar 7 meter dan panjang 130 meter, menelan pagu Rp 28,96 miliar yang berasal dari alokasi dana Bantuan Gubernur. Nugroho berharap, kontraktor bisa menyelesaikan proyek sesuai waktu yang ditentukan yakni akhir Desember. Terpisah, warga dua desa sangat berharap proyek jembatan Tegalpingen-Pepedan segera diselesaikan. Pasalnya, tanpa adanya jembatan, warga harus jalan memutar. Kepala Desa Tegalpingen, Sobirin Hermawan mengungkapkan, warganya membutuhkan waktu lama untuk menuju wilayah lain. Bahkan untuk menyingkat waktu, banyak warga yang memilih menyeberangi Sungai Gintung. Hal senada diungkapkan Kepala Desa Pepedan, Zahid Zuriatno. Menurutnya, warga Desa Pepedan jika ingin menuju kota Purbalingga harus menyeberang Sungai Gintung dan melewati Desa Tegalpingen. "Kalau surut, warga baru berani lewat sungai. Kalau hujan, warga terpaksa memutar dengan jarak sekitar 30 kilometer," ujarnya. (gal/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: