Banyak Istri Gugat Cerai "Penerbang" di Purbalingga
PURBALINGGA - Kasus perceraian yang terjadi di Kabupaten Purbalingga naik pasca lebaran. Berdasarkan data di Pengadilan Agama Purbalingga, pada Juli lalu tercatat ada 90 kasus perceraian yang masuk. Panitera Pengganti Kantor Pengadilan Agama Purbalingga Nur Aflah mengatakan, jumlah tersebut naik dibandingkan sebelum lebaran yang hanya sekitar 13 kasus. Menurut Nur Aflah, 90 persen dari kasus perceraian yang masuk dilatarbelakangi faktor ekonomi. Selain itu, tingginya buruh migran atau pasangan yang bekerja di luar kota. Hal itu menimbulkan keretakan dalam keluarga dan berujung ke Pengadilan Agama. Ilustrasi/JPNN Selain itu, juga disebabkan istri bekerja di pabrik dan suami yang tidak bekerja. Sehingga sering memicu perselisihan di keluarga yang berakibat pada perceraian. "Di Purbalingga banyak buruh perempuan, sedangkan laki-lakinya menjadi penerbang. Penerbang disini bukan pilot, namun menjadi penerbang burung merpati. Sehingga istri menjadi jengah yang berakibat pada gugatan perceraian," tuturnya. Dijelaskan, gugatan perceraian di Purbalingga lebih banyak dilakukan pihak perempuan. Yakni 10 berbanding satu. Menurutnya, hal itu harusnya menjadi perhatian serius pemerintah daerah, masyarakat, perusahaan, dan ulama. "Upaya pencegahan maraknya perceraian harus dilakukan semua pihak, pemda bisa melakukan instruksi kepada perusahaan dengan melakukan sosialisasi tentang memelihara perkawinan agar langgeng," jelasnya. Dikatakan, pihak perusahaan bisa melakukan tauziyah agar keimanan karyawan tetap terjaga. Serta bisa dengan memutar CD sosialisasi tentang pernikahan di jam-jam kerja. Sehingga karyawan bisa tetap kerja. Selain kasus perceraian, di Purbalingga juga marak kasus pernikahan dini. Sampai Juli, ada 60 kasus dispensasi nikah. Dispensasi dilakukan salah satunya karena umur mempelai belum memenuhi syarat. Sesuai UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang pernikahan, disebut batas usia minimal untuk perempuan 16 tahun dan usia bagi laki-laki 19 tahun. "Kasus dispensasi nikah banyak disebabkan karena hamil duluan. Ini disebabkan kemajuan teknologi informasi. Adanya smartphone, remaja lebih cenderung melakukan hal-hal negatif seperti pornografi. Kemudian sifat remaja yang selalu ingin tahu hal-hal baru, sehingga mudah terjerumus dengan pergaulan bebas," jelasnya. (tya/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: