Slamet Adi, Pengusaha Roti Sukses Asal Desa Candiwulan Purbalingga
Berawal dari Door to Door, Kini Punya Banyak Reseller Pengalaman adalah guru terbaik untuk meraih kesuksesan. Hal itu benar-benar dirasakan Slamet Adi (43), pengusaha roti asal Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari. Dia mampu menjadi pengusaha roti sukses, setelah sebelumnya menjadi pekerja di pabrik roti di Jakarta. ADITYA WISNU WARDANA, Purbalingga Berbekal pengalaman sebagai pekerja pabrik roti di Jakarta, Slamet Adi nekat membuka usaha sendiri yang diberi nama roti Amanda. Meski berbagai tantangan harus dihadapi dan pasang surut usahanya tidak bisa dihindarkan, kini Slamet sudah mulai memetik hasil. Usahanya mulai berkembang dan memberikan penghasilan yang lumayan. Ditemui di tempat usahanya, Slamet mengaku sudah memimpikan menjadi pengusaha roti ketika masih menjadi pekerja di pabrik roti. "Saya tidak mau menjadi pekerja terus dengan gaji pas-pasan,” ujarnya. Dia menceritakan, dirinya keluar dari pabrik roti di Jakarta sekitar tahun 2012. Dia memilih pulang kampung ke Desa Candiwulan dan merintis usahanya. “Saya mulai jualan keliling dengan sepeda motor. Roti saya kirim ke warung-warung di sekitar tempat tinggal saya. Kemudian saya mencoba memperluas pasaran ke tetangga desa,” katanya. Hasil perjuangannya menjajakan hasil produksinya door to door, akhirnya membuahkan hasil. Jaringan pemasarannya semakin meluas hingga ke Purwokerto. Bahkan, beberapa orang juga menawarkan diri untuk menjadi agen. Mereka mengambil roti dan mengedropnya ke pedagang lain. “Saya akhirnya fokus membuat roti di rumah. Sedangkan pemasaran sudah ada yang mengambil,” imbuhnya. Semakin maju usaha yang digelutinya, Slamet mulai mempekerjakan para pemuda di sekitar rumahnya. Saat ini setidaknya sudah ada 12 karyawan dan semuanya berasal dari warga Candiwulan. “Mereka berangkat dari nol untuk membuat roti. Saya juga harus mengajarinya dengan tekun dan teliti. Jangan sampai roti yang dimasukkan oven nanti gosong atau tidak mengembang,” ujarnya. Dari awalnya membuat roti dalam skala kecil, kini dalam satu hari Slamet mampu menghabiskan terigu sebanyak delapan kantong atau sekitar 150 kilogram. Roti yang diproduksi memiliki banyak varian, yakni roti tawar, roti rasa coklat, roti isi pisang, kacang hijau, serta varian lainnya sesuai selera dan permintaan konsumen. Harga satu buah roti yang dikemas dalam plastik dan dibawa pedagang Rp 800. Para reseller menjualnya ke warung dengan harga Rp 1.000. “Dalam satu hari, roti yang kami produksi habis dibawa pengecer. Mereka sudah memiliki pelanggan warung sendiri di Purbalingga dan Purwokerto,” ujar Slamet. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: