Karso, Perajin Hiasan Asal Sempor Lor, Kaligondang Sulap Limbah Rumahan Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi
Sering Terkendala Bahan Baku Barang-barang bekas seperti kayu, kaleng, plastik maupun botol serta bambu yang ada di sekitar lingkungan, biasanya hanya dibuang. Namun ditangan Karso (46), barang-barang tersebut bisa memiliki nilai ekonomi tinggi. KREATIF : Karso membuat berbagai aksesori dari barang-barang bekas. (AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga Sudah puluhan tahun Karso menggeluti usaha kerajinan berupa aksesori, cinderamata, dan hiasan lampu serta produk lainnya yang dibuat dari barang bekas. Perajin kreatif yang tinggal di RT 2 RW 2 Desa Sempor Lor, tak canggung mencari bahan dari limbah kayu bekas cor, potongan kayu pabrikan dan barang limbah rumah tangga yang tidak terpakai. Karso menuturkan, dia terkadang cukup kesulitan mendapatkan bahan baku. Bahkan terkadang harus mengeluarkan uang untuk menambah membeli kayu maupun triplek, untuk menambah bahan baku dari barang bekas yang dimiliki. Saat Radarmas berkunjung ke rumahnya, lelaki berperawakan kurus itu sedang membuat lampu hias sejenis lampion yang akan dipasarkan ke pengelola dekorasi pengantin, rumah makan, dan lainnya. Sembari membuat lampu hias, dia juga sedang menyiapkan miniatur gitar listrik untuk hadiah atau souvenir ulang tahun. “Kendala saya kadang tidak ada pekerja, semua dilakukan sendiri. Jadi kadang terbentur saat ada pesanan dalam jumlah banyak, harus mencari orang yang telaten. Namun kadang susah mendapatkannya. Akhirnya kembali digarap sendiri,” ujar pria yang belajar secara otodidak membuat kerajinan. Karso mengatakan, sudah merambah sejumlah toko aksesori di Purbalingga. Misalnya miniatur gitar, pigura foto berbagai ukuran dan lainnya. Meski tak bersedia menyebut harga berbagai hasil kerajinan tangannya, dia mengatakan, jika sedang ramai order sebulan bisa mengantongi penghasilan kotor hingga Rp 2 juta. “Saya tidak menambahkaan logo merek dalam barang produksi. Namun hanya dikemas sederhana. Selain ditawarkan ke toko, juga menunggu pesanan. Biasanya momen Jambore Pramuka Nasional, HUT kabupaten, dan sehari-harinya masuk ke SD agar bisa menambah modal produksi,” terangnya. Menurutnya, untuk modal diusahakan secara mandiri tanpa meminjam dari lembaga keuangan seperti bank. Kedepan, Karso menginginkan dinas terkait lebih memperhatikan perajin. “Saat ini kaum muda kurang menyukai tantangan. Saat diajak berkreasi seperti menyulap barang bekas menjadi bernilai ekonomi tinggi, tidak tekun dan kurang tertarik. Semoga kedepan, saya bisa mewujudkan komunitas perajin pernak-pernik di Purbalingga,” ungkapnya. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: