Dwi Nugroho, Nominator Pemuda Pelopor Jateng 2016 Rangkul Remaja Putus Sekolah dan Buat Usaha Angkringan
KREATIF : Dwi Nugroho menjadi salah satu nominator pemuda pelopor Jateng 2016. (ABDUL AZIZ/RADARMAS) Menjadi salah satu nominator pemuda pelopor tingkat Jawa Tengah pada Juli 2016 lalu, Dwi Nugroho (21) terus melakukan gerakan kreatif untuk lingkungan masyarakat sekitarnya. Di Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon sejak tahun 2012, dia mengelola sanggar seni Darimu Entertainment Education dan mendekatkan diri pada remaja putus sekolah dan pelajar aktif. Selain itu dia juga memiliki usaha di bidang kuliner. ABDUL AZIZ RASJID, Purbalingga Pada remaja putus sekolah serta pelajar, Dwi mengenalkan tentang pengetahuan dan wawasan untuk memanfaatkan karya kerajinan bambu. Dwi mengaku bersemangat membantu anak-anak di desanya untuk berlatih seni, serta membuka usaha angkringan kecil-kecilan. Angkringan yang dikelola dinamai Angkringan Mamake. Dwi menceritakan awal mula hingga bisa membuka bisnis kuliner. Awalnya, anak-anak yang berlatih di sanggar seni yang dikelolanya diberi masakan khas desa. Ternyata anak-anak menyukai dan ketagihan. Berlatar belakang hal itu, akhirnya mulai Juni 2016 lalu, Dwi memiliki ide untuk membuka warung yang menjual masakan desa dengan tawaran panorama khas desa. "Karena mamak (ibu, red) saya yang masak, maka spontanitas saya sebut Angkringan Mamake,” kata Dwi yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Angringan Mamake yakni angkringan desa yang berbeda dengan angkringan lainnya. Untuk menuju lokasi Angkringan Mamake, harus menyusuri jalan sempit di persawahan Desa Bokol. Bangunan angkringan memanfaatkan bambu wulung yang merupakan kerajinan bambu yang didalami anak-anak didik Darimu Entertainment Education. Lanskap alam menjadi kekhasan tersendiri, areal persawahan membentang didepannya lengkap dengan terpaan angin sepoi-sepoi. Tidak jauh, Sungai Serayu mengalir sekaligus menjadi batas dengan wilayah Kabupaten Banjarnegara. "Masakan juga fresh karena semuanya dipetik dari kebun, termasuk ayam goreng yang harus dipotong dadakan. Paket yang dijual kami namakan Paket Sega Bakal. Bakal sejatinya nama Desa Bokol yang aslinya disebut Desa Bakal,” ujar Dwi. Namun dengan sanggar seni dan angkringan yang dikelola, sudah menunjukkan bahwa dia merupakan seorang pemuda yang tak miskin daya kreatifnya. Tak heran bila dia menjadi salah satu nominator pemuda pelopor tingkat Jawa Tengah. Tim dari provinsi bahkan sudah melakukan evaluasi pada Minggu kedua Agustus lalu. Dwi mengatakan, sebagai orang desa dia butuh dukungan dari berbagai pihak. Ia juga mengaku semangatnya semakin besar untuk maju setelah mendapat pembinaan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi (Dinperindagkop), dan Yayasan Pilar Purbalingga. Dukungan yang diharapkan Dwi bersambut. Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Kabupaten Purbalingga Prayitno mengungkapkan, Desa Bokol yang bersebelahan dengan Desa Wisata Kedungbenda saat ini disiapkan sebagai desa wisata rintisan. Desa Bokol diarahkan sebagai desa wisata tematik dengan seni dan karya kerajinan bambu yang dijual, sementara Desa Kedungbenda yang sudah lebih dulu berkembang lebih pada wisata susur Sungai Klawing. “Dua desa ini yang dipadukan bisa menjadi bagian paket wisata kunjungan ke desa di wilayah selatan Purbalingga. Secara bertahap, kami akan terus melakukan pendampingan bersama dinas lain dan pihak yang peduli. Untuk Dwi, sudah ada pengakuan dari Pemprov Jateng akan kiprahnya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya,” kata Prayitno. Sementara Pembina Yayasan Pilar Purbalingga Siswanto mengungkapkan, pihaknya juga tertarik melakukan pendampingan atas kreasi sanggar seni Darimu. Pendampingan berupa pemberdayaan UMKM dan wisata yang menjadi bagian utama Yayasan Pilar. “Mereka butuh dukungan dan beberapa bantuan lain, mudah-mudahan secara bertahap kekurangan yang ada termasuk peningkatan sumber daya manusia akan bisa dicukupi dan ditingkatkan,” kata Siswanto. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: