Etika Berkomunikasi Bagi Seorang Muslim di Bulan Ramadan
Dimas Yusuf Afrizal, M.Pd., Alumni Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP--
Oleh: Dimas Yusuf Afrizal, M.Pd.
(Alumni Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP)
Berpuasa merupakan kewajiban bagi setiap muslim sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana telah diperintahkan Allah SWT kepada umat Islam yang pada hakikatnya tujuan puasa adalah agar setiap muslim mencapai derajat takwa. Namun, takwa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang dapat merusak nilai ibadah puasa, termasuk perkataan yang tidak baik. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)
Hadis ini menegaskan bahwa puasa tidak hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga perilaku dan perkataan. Jika seseorang masih berkata dusta, bergunjing, atau melakukan perbuatan buruk lainnya, maka hakikat sia-sia lah puasa itu. Sebab, inti dari ibadah ini adalah pembentukan akhlak dan pengendalian diri.
Oleh karena itu pada jadikanlah Ramadan sebagai momentum untuk dapat memperbaiki cara kita berkomunikasi, agar setiap perkataan yang kita ucapkan tidak menyinggung atau melukai perasaan orang lain dan mencerminkan akhlak seorang muslim yang beriman. Sebagai bagian dari ibadah, komunikasi yang baik akan memperkuat hubungan antar sesama serta menjaga keberkahan Ramadan.
Dalam Islam, menjaga lisan adalah bagian dari kesempurnaan ibadah, terutama di bulan Ramadan. Rasulullah SAW mengajarkan agar seorang muslim berkata baik atau diam, karena setiap ucapan mencerminkan akhlaknya. Kejujuran juga menjadi prinsip utama dalam berbicara, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan untuk selalu bersama orang-orang yang benar (QS. At-Taubah: 119). Selain itu, kita harus menjauhi ghibah dan namimah yang dapat merusak keharmonisan serta menghilangkan keberkahan puasa (QS. Al-Hujurat: 12). Dalam berkomunikasi, kita dianjurkan untuk bertutur kata dengan santun dan lemah lembut agar tidak menyakiti perasaan orang lain (QS. Al-Isra: 53). Sebab, berbicara dengan hikmah dan kesabaran adalah kunci dalam berdakwah dan menjalin hubungan baik dengan sesama (QS. An-Nahl: 125). Oleh karena itu, Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk melatih diri agar lebih berhati-hati dalam berbicara, sehingga lisan kita membawa manfaat, bukan mudarat.
Menjaga lisan di bulan Ramadan adalah bagian dari penyempurnaan ibadah puasa. Dengan berkata baik, jujur, dan penuh hikmah, kita tidak hanya meningkatkan kualitas diri tetapi juga menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Semoga Ramadan kali ini menjadi ajang pembelajaran untuk lebih menjaga lisan, tidak hanya di bulan ini tetapi juga di hari-hari setelahnya.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga lisan kita dari perkataan yang sia-sia, menyelamatkan kita dari kebohongan, ghibah, dan fitnah, serta menjadikan setiap kata yang kita ucapkan sebagai amal kebaikan yang mendekatkan kita kepada-Nya. Aamiin.
meta deskripsi: Etika berkomunikasi di bulan Ramadan sangat penting bagi seorang muslim. Menjaga lisan dari perkataan dusta, ghibah, dan ucapan menyakitkan merupakan bagian dari penyempurnaan ibadah puasa serta cerminan akhlak yang baik.
tag: etika komunikasi, menjaga lisan, puasa Ramadan, akhlak mulia, berbicara baik, adab berbicara
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


