Banner v.2
Banner v.1

Tari Aplang, Pesona Seni Budaya Banjarnegara

Tari Aplang, Pesona Seni Budaya Banjarnegara

Tari Aplang, Pesona Seni Budaya Banjarnegara-IniBaru-

BACA JUGA:Mengenal Tari Jalungmas, Kebudayaan Unik Khas Cilacap

Sejarah tari Aplang

Pada tahun 1951, kelompok seni Berjanjen menciptakan Tari Aplang sebagai bentuk penyebaran ajaran Islam yang terinspirasi oleh kitab Berjanji, karya Al Barzanzi yang mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad saw dan isi suci Al-Qur’an. 

Dalam perkembangannya, Tari Aplang mengalami perubahan signifikan. Pada awalnya, pertunjukan berlangsung dari pukul 8 malam hingga pukul 1 dini hari dengan 8 penari pria. 

Namun, pada tahun 1953, terjadi perubahan penting dengan melibatkan penari wanita dalam pertunjukan ini. Keputusan ini membawa nuansa baru yang lebih menarik dan menghidupkan pertunjukan. 

Sejak saat itu, Tari Aplang semakin mendapat perhatian dan banyak diundang untuk menghiasi berbagai acara, mulai dari upacara 4 bulanan hingga acara pengajian.

BACA JUGA:Misteri Dibalik Kesenian Tari Ebeg

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Budaya Suroan Mbrokoih CIlacap, Cerminan Rasa Syukur dan Penghormatan kepada Alam Semesta

Pergelaran Tari Aplang

Tari Aplang berasala dari Kata "Aplang" berasal dari kata "Ndhaplang," sebuah gerakan silat khas Banjarnegara. Dalam gerakan ini, tangan digerakkan ke kanan dan kiri sambil direntangkan, menciptakan kesan kekuatan dan keberanian. 

Pergelaran Tari Aplang melibatkan 25 penari yang dengan penuh semangat membawakan setiap gerakan dengan presisi dan keanggunan. Mereka adalah duta seni Banjarnegara yang dengan bangga mengenalkan kekayaan budaya leluhur kepada dunia. Tari Aplang terdiri dari 3 sesi yaitu babak awal, gerakan inti, dan Babak Akhir.

1. Babak Awal

Babak awal dalam pertunjukan Tari Aplang membuka tirai keindahan dengan nuansa syukur yang begitu kental. Para penari mengambil tempatnya sambil diiringi oleh melodi shalawat yang merdu, menciptakan atmosfer kerendahan hati dan penghormatan kepada Tuhan. 

Ketukan kendang dan rebana memberikan aba-aba yang tak terucapkan kepada para penari untuk memasuki panggung dengan gerak hormat yang tulus kepada para penonton. Ini bukan sekadar gerakan, tetapi sebuah bentuk perwujudan rasa terima kasih kepada Sang Ilahi.

BACA JUGA:Sejarah Budaya Cowongan di Cilacap, Ritual Meminta Hujan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: