Tradisi Begalan Banyumasan: Petuah dalam Tawa di Balik Sakralnya Pernikahan
Tradisi Begalan Banyumasan di salah satu pernikahan warga Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap-Muhamad Irhamul Wafaa-
Acara Begalan biasanya dibuka oleh pembawa acara yang memberi pengantar, kemudian dilanjutkan dengan musik gamelan pengiring. Dua pemain memasuki arena, satu memikul brenong kepang, satu lagi datang dari arah berlawanan sambil bersiul atau menari kecil.
Keduanya kemudian mulai berdialog — penuh dengan kelakar, sindiran halus, dan nasihat kehidupan. Dialog disampaikan dengan bahasa ngapak khas Banyumas yang lucu dan jujur, membuat penonton tertawa sekaligus merenung.
Misalnya, ketika pemain menjelaskan tentang kendil: “Iki kendil, wadah kanggo masak sega lan sayur. Yen dijaga, iso dadi berkah. Tapi yen dipecah, kabeh ilang. Koyo omah tangga, kudu dijaga sabar lan ora gampang nesu.”
Suasana berubah riuh, penonton tertawa, tapi banyak juga yang mengangguk memahami pesan moral yang tersirat. Itulah kekuatan Begalan — mengajarkan nilai luhur tanpa menggurui, melainkan lewat tawa dan keceriaan.
Kostum yang digunakan oleh pemain Begalan biasanya berwarna dasar hitam, merah, biru, dan putih —simbol keseimbangan antara keberanian, kesucian, ketenangan, dan kejujuran. Rias wajah mereka sederhana namun ekspresif, menambah kesan humoris dalam pertunjukan.
Meski zaman telah berubah dan pesta pernikahan modern semakin beragam, masyarakat Banyumas masih setia melestarikan Begalan karena nilai filosofisnya yang abadi. Tradisi ini bukan hanya hiburan, tetapi juga doa, wejangan, dan refleksi kehidupan rumah tangga. “Begalan iku ora mung tontonan, nanging uga tuntunan. Ana guyonane, tapi isine nasihat supaya penganten bisa rukun lan langgeng,” ujar salah satu tokoh masyarakat di Desa Menganti.
Begalan menjadi bukti bahwa masyarakat Banyumas memiliki cara tersendiri untuk menanamkan nilai moral dan spiritual melalui kesenian. Di tengah modernisasi, tradisi ini tetap hidup karena ia menyentuh sisi kemanusiaan: tentang cinta, kesabaran, dan kebersamaan.
Tradisi Begalan Banyumasan bukan sekadar hiburan dalam pesta pernikahan, melainkan warisan budaya yang sarat makna kehidupan.
Lewat simbol-simbol sederhana seperti irus, tampah, kukusan, hingga kendil, masyarakat Banyumas menuturkan pesan moral bahwa rumah tangga membutuhkan keseimbangan, kerja sama, dan ketulusan.
Dalam tawa yang menggelegar, terselip wejangan yang menuntun. Dalam guyonan yang ringan, terkandung nilai yang mendalam. Begalan bukan hanya cerita masa lalu — ia adalah cermin kebijaksanaan lokal yang relevan sepanjang masa. Selama masih ada cinta dan pernikahan di tanah Banyumas, Begalan akan tetap hidup menjadi saksi sekaligus pengingat bahwa kebahagiaan sejati lahir dari kesederhanaan, kesabaran, dan rasa syukur. (Muhamad Irhamul Wafaa)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


