Banner v.2
Banner v.1

17 Rumah di Banjarnegara Retak dan Miring, Warga Cemas Pergerakan Tanah Makin Parah

17 Rumah di Banjarnegara Retak dan Miring, Warga Cemas Pergerakan Tanah Makin Parah

Kondisi rumah warga yang mengalami kerusakan akibat tanah gerak di Desa Sembawa, Banjarnegara.-Pujud Andriastanto/Radar Banyumas-

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Pergerakan tanah yang semakin parah di Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, mengancam keselamatan warga. Sedikitnya 14 rumah mengalami kerusakan, sebagian bahkan sudah miring dan amblas hingga membahayakan penghuninya.

Fenomena ini bukan hal baru bagi warga. Menurut Timah (70), pergerakan tanah sudah terasa sejak empat tahun terakhir, namun dua hari belakangan, aktivitas tanah kembali meningkat drastis. 

"Kalau hujan yang di depan saja, nggak berani ke belakang, karena bagian belakang rumah sudah amblas dan retak," ujarnya, Minggu (8/6/205).

Kondisi rumah Timah bukan satu-satunya yang mengkhawatirkan. Tarbini (80), warga lainnya, menyebut hampir seluruh bagian rumahnya sudah rusak.

BACA JUGA:14 Rumah Retak dan Miring Akibat Tanah Bergerak di Kalibening, Warga Tagih Solusi Pemerintah

“Sudah retak semua, bahkan kondisi bangunan rumah sudah miring. Retakan terlihat di bagian depan, lantai juga sudah turun,” ungkapnya.

Dari pantauan di lapangan, rekahan pada dinding dan lantai rumah warga terlihat menganga, bahkan mencapai lebih dari 10 sentimeter. Sejumlah rumah tampak miring, sebagian lainnya sudah ambles ke dalam tanah.

Kepala Desa Sembawa, Aditya Yoga, membenarkan kondisi darurat tersebut. Ia mencatat, total ada 17 rumah terdampak, tiga di antaranya telah direlokasi. 

“Saat ini masih ada 14 rumah yang belum direlokasi. Dua rumah di antaranya rusak berat dan ditinggali lima jiwa,” katanya.

BACA JUGA:Sudah Tidak Layak Ditinggali, Pemkab Wacanakan Relokasi Warga Terdampak Tanah Bergerak di Maribaya

Menurutnya, relokasi dilakukan secara mandiri menggunakan lahan milik desa. Namun penanganan jangka panjang masih terkendala koordinasi lintas lembaga. 

"Kami sudah membuat drainase untuk mengurangi pergerakan tanah dan telah mengajukan bantuan ke pemerintah kabupaten hingga Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak,” jelas Aditya.

Ia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama pergerakan tanah adalah erosi yang berasal dari aliran sungai dekat permukiman warga. Namun, karena sungai tersebut berada di bawah kewenangan BBWS, penanganan pun tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh desa maupun kabupaten.

Warga berharap pemerintah bertindak cepat sebelum situasi memburuk. Hujan yang masih terus mengguyur kawasan tersebut berpotensi mempercepat longsoran dan memperbesar ancaman bagi keselamatan warga.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: