Dieng Resmi Jadi Geopark Nasional, Banjarnegara Buka Peluang Ekowisata Baru
Ritual rambut gimbal yang digelar pada acara Dieng Culture Festival.-DOK PUJUD/RADARMAS-
BANJARNEGARA,RADARBANYUMAS.CO.ID - Kawasan Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara resmi menyandang status Geopark Nasional, menyusul penetapan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui SK Nomor 172.K/GL.01/MEM.G/2025 tertanggal 7 Mei 2025. Penetapan ini menandai pengakuan nasional atas kekayaan geologi, hayati, dan budaya yang dimiliki kawasan tersebut.
Dengan status ini, Dieng kini masuk dalam daftar kawasan konservasi yang juga diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal berbasis pariwisata berkelanjutan. Geopark Nasional Dieng mencakup 40 situs warisan, terdiri dari 23 situs geologi, 8 keanekaragaman hayati, dan 9 budaya.
Bupati Banjarnegara, dr. Amalia Desiana menyebut, penetapan ini sebagai capaian besar yang diraih melalui proses panjang selama sembilan tahun. Ia mengingatkan bahwa pengakuan ini juga membawa tanggung jawab besar.
“Status Geopark ini bukan sekadar penghargaan, tapi amanah untuk melestarikan alam dan budaya. Kami ingin pengembangan pariwisata tidak hanya terpusat di zona inti, tetapi juga menyentuh desa-desa sekitar yang punya potensi besar,” ujar Amalia, Kamis (22/5/2025).
BACA JUGA:Banjarnegara Dorong Wisata Alam Wilayah Selatan, Tak Hanya Andalkan Dieng
Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara konservasi dan pembangunan ekonomi lokal. Menurutnya, masyarakat sekitar harus dilibatkan secara aktif agar geopark tidak hanya menjadi proyek elitis, tetapi benar-benar memberi manfaat bagi warga.
Secara geologis, kawasan Dieng dikenal sebagai dataran tinggi vulkanik dengan fitur langka seperti kawah aktif, danau vulkanik, serta mata air panas. Namun kekayaan Dieng tidak berhenti di geologi.
“Dieng punya keragaman hayati dataran tinggi yang penting. Ini ekosistem yang butuh perlindungan. Kalau tak dijaga, bisa rusak permanen,” ujar Tursiman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan edukatif dalam pengelolaan geopark. Menurutnya, status Geopark Nasional harus dibarengi dengan penguatan infrastruktur ramah lingkungan serta peningkatan literasi masyarakat tentang konservasi.
BACA JUGA:Pemkab Banjarnegara Bangun Rest Area dan Pusat Kuliner Khas Dieng di Kecamatan Batur
“Ini bukan garis akhir, tapi justru awal. Kita ingin membawa Dieng menuju level UNESCO Global Geopark. Tapi itu hanya bisa dicapai jika masyarakat ikut menjaga,” lanjut Tursiman.
Salah satu daya tarik budaya yang dinilai memperkuat posisi Dieng adalah tradisi Ruwatan Rambut Gimbal, ritual turun-temurun yang mengandung nilai spiritual tinggi. Tradisi ini telah menjadi magnet wisata budaya dan simbol identitas masyarakat lokal.
Pengakuan sebagai geopark nasional juga membuka peluang untuk dukungan lebih besar dari pusat, baik dalam hal pengembangan infrastruktur, promosi, maupun penguatan kelembagaan pengelola kawasan.
Namun sejumlah pengamat mengingatkan bahwa tantangan utama ke depan adalah bagaimana memastikan pelestarian lingkungan tidak dikompromikan demi kepentingan ekonomi sesaat. Terutama mengingat kecenderungan lonjakan kunjungan wisatawan yang bisa berdampak pada kerusakan situs-situs sensitif.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


