Banner v.2
Banner v.1

Ditemukan 589 Kasus HIV/AIDS, Tren Peningkatan Justru Terjadi di Komunitas LSL

Ditemukan 589 Kasus HIV/AIDS, Tren Peningkatan Justru Terjadi di Komunitas LSL

Suasana Kantor Dinas Kesehatan Kabupaen (DKK) Banjarnegara.-PUJUD/RADARMAS-

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan tren mengkhawatirkan. Selama satu dekade terakhir, sebanyak 589 kasus dilaporkan, dengan 230 penderita meninggal dunia dan 212 lainnya masih menjalani pengobatan. Sementara 174 kasus lainnya tidak terlaporkan lebih lanjut, sehingga tidak diketahui apakah masih hidup atau telah meninggal.

Data tersebut dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banjarnegara, yang mencatat sejak pertama kali HIV ditemukan di wilayah ini pada 2003 hingga 2024, angka penularan terus meningkat. Puncaknya terjadi pada tahun 2023 dengan temuan 97 kasus baru, menjadikannya tahun dengan penambahan kasus tertinggi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, dr. Latifa Hesti P, mengatakan bahwa peningkatan ini menjadi sorotan serius bagi pihaknya, terlebih karena sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik secara bergantian.

“Pada tahun 2024 saja, ditemukan 88 kasus baru. Sebanyak 86 di antaranya sudah menjalani pengobatan, namun dua lainnya hilang kontak dan alamatnya tidak lagi ditemukan,” ungkap dr. Latifa, Rabu (9/4/2025).

BACA JUGA:Kasus HIV Baru di Banjarnegara Meningkat, Mayoritas Penderita Laki-Laki

BACA JUGA:Banyak ASN Mangkir di Hari Pertama Kerja, Bupati Tegaskan Evaluasi dan Disiplin

Ia menambahkan, meski dua kasus tersebut diduga telah berpindah ke kota lain, pihaknya tetap berharap mereka tetap mendapatkan akses pengobatan. “Kalau tidak diobati, mereka bisa menjadi sumber penularan baru,” tegasnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, dalam lima tahun terakhir justru kelompok laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL) menjadi penyumbang terbanyak kasus baru, menggeser kelompok pekerja seks perempuan yang sebelumnya mendominasi.

Untuk menjangkau kelompok berisiko ini, DKK menggandeng Kelompok Pendukung Sebaya (KPS) untuk melakukan pendekatan dan pemeriksaan rutin secara langsung ke komunitas.

Meskipun begitu, dr. Latifa menyampaikan bahwa HIV bukanlah akhir segalanya, sebab masih dapat diobati jika terdeteksi dan ditangani sejak dini.

“Kalau masih HIV bisa diobati. Tapi kalau sudah berkembang menjadi AIDS, pengobatan jadi lebih sulit karena daya tahan tubuh menurun drastis,” jelasnya.

Menurutnya, obat antiretroviral (ARV) kini tersedia di puskesmas dan dapat diakses secara gratis. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mendiskriminasi penderita HIV karena virus tersebut tidak menular lewat kontak sosial biasa seperti bersalaman atau makan bersama.

“Masyarakat perlu tahu bahwa HIV hanya menular melalui darah, hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke anak saat hamil,” tegasnya.

DKK Banjarnegara juga terus menyediakan layanan tes HIV yang dapat diakses secara gratis dan rahasia di seluruh puskesmas. Layanan ini dibuka untuk masyarakat umum baik secara mandiri maupun melalui rujukan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: