Banjarnegara dan Sejarah Perjuangan Heroik, Warisan Nasionalisme yang Harus Dikenang
Seminar Banjarnegara lintas generasi dilakukan dalam rangka peringatan hari jadi Banjarnegara tahun 2025. Dalam kesempatan itu dibeberkan kisah perjuangan lawan penjajah.-TACB Banjarnegara Untuk Radarmas-
BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - BANJARNEGARA selama ini dikenal sebagai kota dawet ayu, namun di balik itu, kota ini memiliki sejarah perjuangan yang penuh kisah heroik. Fakta ini diungkap dalam Seminar BANJARNEGARA Lintas Sejarah yang digelar oleh Badan Kesbanglinmas dalam rangka peringatan Hari Jadi BANJARNEGARA ke-454.
Mantan Wakil Bupati Banjarnegara, Syamsudin, menyoroti dua peristiwa penting yang membuktikan kegigihan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Ia mencontohkan peristiwa peledakan bom tarik di Desa Danaraja, Kecamatan Purwanegara, yang dilakukan oleh Sanpardi, seorang pejuang dari Banjarnegara.
"Di hadapan kita ada Mbah Mulyati, yang saat perang kemerdekaan masih berada dalam kandungan ibunya. Ayahnya, Sanpardi, adalah aktor utama dalam peledakan bom tarik yang menghancurkan satu truk pasukan Belanda, menewaskan seorang overste dan sembilan tentara lainnya," kata Syamsudin, Kamis (20/2/2025).
Mulyati pun mengenang kisah ibunya yang sempat ditahan dan diinterogasi oleh tentara Belanda usai peristiwa tersebut. Demi melindungi rahasia perjuangan Sanpardi, sang ibu mengorbankan harga dirinya.
BACA JUGA:Bupati dan Wakil Bupati Banjarnegara Jalani Pelantikan di Jakarta
BACA JUGA:Yayasan Tlasih 87 Usulkan Baju Mangkokan sebagai Pakaian Adat Resmi Banjarnegara
Dalam kesempatan tersebut, Pemkab Banjarnegara yang diwakili oleh Asisten Kesra Silas Satriana memberikan kenang-kenangan kepada Mulyati sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan keluarganya.
Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jawa Tengah, Heni Purwono menambahkan, semangat nasionalisme juga menjadi latar belakang perubahan Hari Jadi Banjarnegara yang semula diperingati pada 22 Agustus 1831.
"Tahun 2015, setelah mendalami sejarah Banyumas bersama Prof Sugeng Priyadi, saya mulai merasa janggal dengan tanggal 22 Agustus. Perayaan ini justru berdekatan dengan kekalahan Pangeran Diponegoro dan awal berkuasanya Belanda di Banyumas Raya," jelasnya.
Setelah melalui kajian dalam Pansus DPRD, akhirnya pada 2019 ditetapkan tanggal baru sebagai Hari Jadi Banjarnegara, yaitu 26 Februari 1571. Tanggal ini merujuk pada pengangkatan Jaka Kaiman sebagai Bupati Wirasaba oleh Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang, sekaligus pembagian Wirasaba menjadi empat kadipaten, salah satunya Banjarpetambakan.
"Heroisme di Banjarnegara sudah ada jauh sebelum Perang Diponegoro, seperti perlawanan Mangunyudha Seda Loji melawan VOC di Kartasura pada tahun 1740-an," ujar Heni yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara.
Asisten Kesra Silas Satriana berharap seminar ini dapat menggali lebih banyak informasi sejarah perjuangan Banjarnegara, serta menanamkan semangat rela berkorban kepada generasi muda.
"Harapannya, dalam jangka panjang seminar ini menghasilkan buku dan konten digital yang menarik bagi generasi muda, sehingga mereka bisa memahami dan meneladani perjuangan para pahlawan," katanya.
Wakil Ketua DPRD Banjarnegara, Agus Junaidi, juga menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai perjuangan bagi generasi mendatang.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


