FIN/RADARBANYUMAS.CO.ID
MENINGGAL: Warga China meletakan karangan bunga di depan foto mendiang dr Li Wenliang, dokter yang pertama kali memperingatkan bahaya virus corona. Wabah Corona pun diyakini akan melampui SARS.
Dokter Li Wenliang meninggal setelah tertular virus corona saat merawat pasien di Wuhan. Li Wenliang merupakan satu-satunya dokter di Cina yang pertama kali memperingatkan bahaya munculnya corona virus di provinsi Hubei pada Desember 2019 lalu.
Dilansir BBC, kala itu, Li Wenliang menemukan ada tujuh kasus pasien yang memiliki gejala seperti Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS). Hingga kemudian Li mengirim pesan kepada sesama koleganya agar selalu waspada terhadap pasien yang memiliki gejala penyakit tersebut. Ia mengimbau agar mengenakan pakaian pelindung jika menangani pasien dengan gejala penyakit mirip SARS itu.
Pernyataan Li Wenling ini direspon pihak kepolisian di Wuhan. Mereka mendesak Li agar tidak menyebarkan berita bohong yang meresahkan publik. Li didatangi kepolisian pada malam hari dan dipaksa menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi komentar serupa.
Hingga pada awal Januari 2020, wabah corona telah diketahui dan mulai terjangkit ratusan warga di Wuhan dan provinsi Hubei. Li menangani salah satu pasien yang positif corona virus. Hingga penularan antara pasien dan Li terjadi. Li akhirnya dinyatakan positif corona virus. "Kurasa dia bukan penyebar rumor. Bukankah ini berubah menjadi kenyataan sekarang?" ujar ayahnya, Li Shuying, kepada BBC. "Anakku luar biasa," sambungnya.
Li meninggal di Rumah Sakit Pusat di Wuhan setelah beberapa pekan melawan corona virus. Li menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (7/2) sekitar pukul 2.00 dini hari waktu setempat.
Rekan medis Li Rumah Sakit Pusat Wuhan, dilaporkan berusaha mati-matian selama tiga jam untuk menyelamatkan nyawanya saat sekarat.
Sementara, menurut para tenaga medis yang berada di saat-saat terakhir Li, mereka diperintahkan oleh pemerintah setempat supaya mempertahankan sang dokter tetap bernapas, agar Li mempunyai waktu untuk menyiapkan pernyataan.
Takdir berkata lain, nyawa Li tidak tertolong. Sejumlah perawat dan rekan-rekannya menyemut di kamarnya di ruang perawatan intensif. Dengan masih mengenakan pakaian pelindung, mereka satu persatu membungkuk memberi penghormatan terakhir bagi sang martir.
Kabar Kematian Li, juga memicu kemarahan publik terhadap otoritas Cina atas kebebasan bersuara. Gelombang emosi dari publik Cina terus tumbuh di media sosial Tiongkok. Tagar keinginan kebebasan berbicara jadi trending topik di Weibo. "Kami ingin kebebasan berbicara," demikian tulis jutaan netizen di Wibo.
Dikutip CNN, sejumlah ucapan pujian dan belasungkawa mengalir deras setelah Li tutup usia. Dia dianggap menjadi pahlawan di tengah kepanikan masyarakat China terhadap virus mematikan itu.
Di bagian lain,aAngka kematian yang dipicu oleh pecahnya wabah virus Corona di Wuhan, pada Sabtu (8/2), setidaknya telah mencapai angka 722 jiwa.
Seperti dilaporkan Bloomberg, angka itu mulai mendekati kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), beberapa tahun silam.
Tidak hanya itu. Daya sebar yang dimiliki virus yang sementara ini dinamakan 2019-nCoV itu jauh lebih cepat dibandingkan SARS, yang muncul antara 2002-2003, dan membunuh sebanyak 774 nyawa.
Studi yang dirilis jurnal American Medical Association, yang mempelajari kondisi 138 pasien di RS Zhongnan milik Universitas Wuhan, daya tular yang dimiliki oleh salah satu jenis dari keluarga virus corona itu terbilang luar biasa.
Banyak kasus pneumonia, salah satu gejala dari infeksi jenis virus ini, terbatas pada ruang lingkup RS Zhongnan. Sebanyak 41 persennya disebabkan oleh penularan virus antar manusia satu dan lainnya. Dari situ, ditemukan sekitar 40 tenaga medis profesional dan 17 pasien yang terdampak dalam prosesnya.
Dari total 138 pasien yang ditangani di rumah sakit tersebut, selama studi ini berlangsung, 26 persen di antara mereka memerlukan perawatan intensif. Sebanyak 4,3 persen berujung kematian. Hanya 47 pasien, atau sekitar sepertiga dari keseluruhan pasien yang rawat, diperbolehkan pulang oleh rumah sakit.
Sementara menurut laporan terbarunya, angka kematian di Provinsi Hubei, Cina, yang disebabkan Corona dikabarkan telah mencapai 81 jiwa. Jumlah sesungguhnya diperkirakan akan jauh lebih besar, jika digabungkan dengan beberapa kasus kematian yang tidak dilaporkan.
Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan siap menawarkan USD 100 juta untuk membantu Cina dan negara-negara lain yang terdampak. Adapun bantuan yang dimaksudkan adalah dalam bentuk 17 ton suplai masker, sarung tangan, alat bantu pernapasan, serta beberapa keperluan lainnya. Ini guna mendukung upaya kemanusiaan memerangi dampak yang disebabkan oleh virus, yang diduga berasal dari kelelawar tersebut.
Terkait wabah ini, World Healh Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia, mengimbau masyarakat untuk lebih kritis menghadapi kondisi saat ini. Kebiasaan mencuci tangan, juga cara bernapas yang higienis. Seperti menutup mulut saat batuk dan bersin dengan tangan. Jika mengalami demam, batuk dan gangguan pernapasan, segere memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit.(ruf/fin/rh/acd)