Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia pada 2015. Jika dibandingkan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2013, jumlah penderita diabetes meningkat. Dari 5,7 persen menjadi 6,9 persen. Menurut catatan Kementerian Kesehatan, DM dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga setelah stroke dan jantung. ”Diabetes sebenarnya bisa dengan mudah muncul karena dipengaruhi faktor genetik dan gaya hidup,” kata spesialis penyakit dalam RSUD dr Soetomo Prof dr Agung Pranoto SpPD-KEMD.
Diabet sebenarnya 80 persen bisa dicegah. Caranya, perhatikan pola hidup sehat. Memilih jenis makanan dan berolahraga, menurut Agung, dapat membantu mencegah DM. Apalagi bagi mereka yang memang mempunyai riwayat keturunan penyakit dengan nama awam kencing manis tersebut.
Sementara itu, bagi mereka yang sudah terkena DM, gula darah dapat dikendalikan dengan pola hidup yang baik. Cek kadar gula mesti rutin. Tes glikasi hemoglobin (HbA1c) secara akurat dapat menilai seberapa baik gula darah terkontrol selama tiga bulan terakhir. ”Untuk membantu mengontrol gula darah, dapat diberikan obat,” ucap Agung saat ditemui pada acara Gerakan Indonesia Lawan Diabetes yang diadakan Kemenkes dan PT Kalbe Farma Tbk kemarin (3/8). Dalam acara yang diselenggarakan di Hotel Novotel itu, Agung menuturkan, penggunaan obat secara terus-menerus tidak akan mengganggu ginjal.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik Kemenkes Dyah Erti Mustikawati mengatakan, penderita DM di Indonesia seperti fenomena gunung es. ”Yang terdiagnosis baru sekitar 30 persen,” katanya.
Untuk mengurangi jumlah penderita, pemerintah tengah menggalakan program gerakan masyarakat hidup sehat. Sosialisasi akan dijalankan ke sekolah-sekolah untuk pengenalan hidup sehat. ”Kementerian lain akan mempermudah aksesnya. Misalnya, Kementerian Pertanian akan men-support sayur dan buah yang berkualitas,” jelasnya. (lyn/c10/nda)