PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Puncak musim kemarau tahun ini diprediksi pada bulan Agustus ini. Hal tersebut disampaikan oleh Prakirawan Cuaca BMKG Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan.
"Untuk puncak musim kemarau secara umum bulan Agustus untuk wilayah Jawa Tengah," kata dia.
Sedangkan, lanjut dia, lama atau panjangnya musim kemarau tiap wilayah tentu berbeda-beda.
BACA JUGA:Desa Terdampak Kekeringan dan Krisis Air di Banyumas Bertambah, El Nino Diperkirakan Sampai November
Sementara itu, masih ada potensi musim kemarau bisa berlangsung lebih panjang. Hal tersebut dikarenakan ada pengaruh dampak fenomena El Nino.
"Sedangkan mulai masuk musim peralihan kemungkinan pada bulan Oktober," kata dia.
Pada puncak musim kemarau ini, tak dipungkiri jika muncul fenomena suhu udara dingin. Hal itu, merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi.
BACA JUGA:5 Desa di Banyumas Mulai Alami Kekeringan, Dropping Air Bersih Langsung Didistribusikan
Pada periode ini ditandai dengan pergerakan angin dari arah Timur dan juga dari arah Tenggara. Yaitu berasal dari benua Australia yang mempunyai pusat tekanan udara tinggi, menuju ke arah benua Asia yang mempunyai pusat tekanan udara rendah.
"Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Benua Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia," kata dia.
Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.
BACA JUGA:Tujuh Desa di Kabupaten Cilacap Alami Kekeringan Berkelanjutan
Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa yaitu Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, lanjut dia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.
"Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer," tandasnya. (mhd)