Cara ini agar semua komponen satu sama lain saling mendukung dan terbuka. Bahkan petani singkong tahu harga produk mocaf yang akan dijual ke pasaran.
“Kami mengistilahkan ini dengan sebutan Demokrasi Ekonomi,” katanya.
Dengan metode ini, para petani di daerah tidak lagi mudah dipermainkan oleh tengkulak nakal. Termasuk memberikan ruang pekerjaan dari rumah bagi kaum ibu. Selain itu, memancing para pemuda untuk tidak ragu dan mau terjun sebagai petani muda yang modern.
“Dengan pengolahan yang baik, hasil pertanian seperti singkong yang bagi kebanyakan orang sebagai makanan orang pinggiran bisa naik kelas dengan nilai jual yang tinggi. Bahkan saat ini tepung mocaf yang diproduksi oleh Rumah Mocaf sudah menembus pasar internasional,” terangnya.
Menurut Riza, saat ini ekspor tepung mocaf yang diproduksi oleh Rumah Mocaf sudah menembus ke beberapa negara. Mulai dari Malaysia, Singapura, Dubai, Oman, Inggris, dan terakhir Turki.
Riza juga menjelaskan, saat ini permintaan produk tepung singkong sedang meningkat di seluruh dunia.
“Harapan kami ke depannya, makin banyak teman-teman yang memproduksi tepung mocaf dan masyarakat juga mengonsumsinya. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan, kami memiliki serapan singkong yang kami dapat dari sekitar Banjarnegara, khususnya di Kecamatan Punggelan. Singkongnya kami olah menjadi tepung mocaf, sehingga singkong ini bisa bernilai jual lebih tinggi,” katanya.
Dia mengatakan, ekspor tepung mocaf sebenarnya sudah dilakukan sejak 2020. Dan yang terakhir untuk pengiriman perdana ke Turki tahun ini, sebanyak 45 ton tepung mocaf.
“Sebelumnya kami juga ekspor ke Oman sebanyak 20 ton, Turki sebanyak 45 ton dengan nilai nominal mencapai Rp 2 miliar lebih,” katanya. (*)