SERAHKAN BANTUAN: Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko menyerahkan bantuan beras kepada warga.sudarno ahmad/ekspres
KEBUMEN - Warga yang bermukim di daerah rawan bencana sering menganggap bencana alam seolah-olah kejadian biasa. Padahal tidak jarang bencana menjadi kejadian yang luar biasa karena seringkali terjadi pada waktu yang tidak dapat diduga dan luar biasa. Tidak jarang banyak merenggut nyawa manusia.
Hal ini dikatakan Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, saat memberikan pengarahan pada Sosialisasi Daerah Rawan Bencana bagi Pemangku Kepentingan Penanggulangan Bencana se-Kabupaten Kebumen, Rabu (1/8).
Menurutnya, antisipasi bencana alam agar tidak banyak menelan korban jiwa maupun materi memang tidak mudah. Meski begitu, upaya untuk meminimalisasi korban mesti terus dilakukan. Termasuk mengarahkan warga yang bermukim di daerah perbukitan atau kemiringan tajam untuk pindah ke daerah tidak rawan longsor.
"Yang sulit adalah antisipasi di lapangan. Termasuk warga di daerah perbukitan dengan kemiringan tajam, meskipun rawan terjadi bencana longsor namun warga enggan pindah,” ujarnya.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana, membeberkan Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah di Jateng dengan ancaman bencana alam cukup tinggi. Baik bencana tanah longsor, gempa bumi, banjir, maupun tsunami.
Berbagai program penanggulangan bencana yang menjadi fokus kerja BPBD terus ditingkatkan. “Komitmen Pemkab Kebumen telah mengalokasikan anggaran bencana lebih tinggi dari daerah lain. Bahkan lebih banyak dari Cilacap yang tahun lalu paling tinggi,” katanya.
Pj Sekda Kebumen Mahmud Fauzi, mengatakan 301 dari 460 desa/kelurahan di 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen masuk kategori rawan bancana. Baik bencana banjir, longsor, angin puting beliung, gempa bumi hingga tsunami.
"Dari 460 desa, 35 desa diantaranya adalah rawan tsunami. Karena itu setiap masyarakat desa harus tetap waspada terhadap ancaman bencana yang datangnya tak bisa diduga," ungkapnya. (ori)