BANJARNEGARA – Ratusan warga berduyun-duyun membawa hasil bumi ke makam Girilangan, di Desa Gumelem Kecamatan Susukan, Kamis (25/5).
Ritual Nyadran Gedhe yang dilakukan rutin tiap tahun ini dimaksudkan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
MAKAN BERSAMA: Warga Desa Gumelem Kecamatan Susukan menyantap bersama hasil bumi saat gelaran Nyadran Gede, Kamis (25/5). (PUJI HARTONO/RADARMAS)
Dengan membawa hasil bumi dan memakai pakaian adat Jawa, warga dari berbagai kalangan ini menggelar ritual selamatan di makam Girilangan.
Juru kunci makam Girilangan, Ahmad Sujari mengatakan, tradisi Nyadran Gedhe dimaksudkan untuk mendoakan arwah leluhur. Biasanya dilakukan hari Senin atau Kamis terakhir di bulan Ruwah atau bulan sebelum Ramadan.
“Ruwah itu artinya ruh dan arwah. Makanya kami sebelum memasuki bulan Ramadan mendoakan arwah leluhur. Setelah itu baru menyantap hasil bumi sebagai tanda syukur terhadap sang pencipta,” terangnya usai melakukan ritual, kemarin.
Menurutnya, tradisi nyadran yang berkembang saat ini adalah bentuk pelestarian kegiatan dari jaman kademangan, termasuk masyarakat yang membawa hasil buminya yang kemudian dibawa ke makam untuk dinikmati bersama.
“Hasil bumi ini sebagai tanda syukur masyarakat atas apa yang telah mereka terima. Isinya beragam, dari sayur-sayuran, hingga hasil peternakan seperti ayam. Jumlahnya sekitar 400 lebih,” ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk persiapan lain adalah menyediakan golong menir, ambeng menir, ambeng intip, ambeng beras ketan dwi warna, pecel ayam cemani, cramcam terong aor, sayur bening daun kelor, tempe goreng adem, golong tujuh, sate kambing.
Juga peyek pethek, pendul yang terbuat daging dicampur ampas kelapa muda, kelapa muda diberi lubang diisi gula kelapa, serta cokbang.
“Masyarakat Desa Gumelem juga meyakini, kalau tradisi nyadran tidak dilaksankaan akan terjadi malapetaka atau gangguan gangguan yang tidak diinginkan,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, Dwi Suryanto mengatakan, saat ini tujuan diadakannya Nyadran Gede tidak hanya untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan, namun juga untuk menarik minat wisatawan. (uje/din)