Anak jalanan berlatih jadi barista
BANYUMAS - Lima anak jalanan asal Mojokerto, terlihat sibuk meracik kopi di Balai Satria Kementerian Sosial (Kemensos), Baturraden.
Ya kelimanya sudah lebih dari sepekan dilatih di tempat tersebut. Nasib mereka berubah saat Menteri Sosial Tri Rismaharini blusukan di eks lokalisasi di daerah Mojokerto, Jawa Timur.
https://radarbanyumas.co.id/mensos-siapkan-langkah-kpk-minta-dtks-diperbaiki/
Salah satu anak jalanan YA (22) tak menyangka jika dirinya akan dilatih seperti ini. Memang sempat terbesit di pemuda berbadan bongsor ini untuk tak kembali turun ke jalan dan merubah nasib.
YA yang akrab disapa Pitik ini terpaksa turun ke jalanan setelah duduk di bangku SMP. Dia disapa Pitik oleh teman-temannya lantaran sejak kecil hingga SMP tak pernah memakai alas kaki.
"Terpaksa turun ke jalan. Bapak juga menikah lagi dan meninggalkan kami," katanya yang juga menjalani pelatihan bersama adiknya, MF (15).
Iapun mengawali hidupnya dengan memutuskan menjadi pangamen bersama teman-temannya juga adiknya. Ia menjadi pengamen selama lima tahun.
Hingga suatu ketika, ia bertemu dengan Tri Rismaharini di eks lokalisasi di Mojokerto. Tak jauh dari kampungnya.
"Di pikiran saya, ini kesempatan untuk berubah," katanya. Ia bersama adiknya, MF (15) dibawa ke Balai Satria untuk mengikuti pembinaan dan pelatihan.
Iapun berharap, sepulang dari balai dapat membuka kedai kopi di kampung halamannya.
Anak jalanan lainnya, PS (25) yang akrab disapa Jreng lantaran kepiawaiannya bermain gitar mengaku terjun ke jalanan setelah putus sekolah. Ia putus sekolah saat duduk di bangku kelas 2 SMP dan menjadi pengamen.
"Buat bantu-bantu orang tua agar tidak merepotkan," katanya. Namanya di jalanan, iapun tak jauh dari minuman beralkohol.
"Kalau kumpul sama teman dan sedang mabok, kadang mikir, apa mau seperti ini terus," katanya.
Jreng sempat bekerja sebagai perajin sepatu kulit. Namun karena adanya pandemi Covid-19, ia harus kehilangan pekerjaan karena ada pengurangan karyawan. Ia pun terpaksa kembali ke jalanan.
Kesempatan emaspun didapatnya saat bertemu Tri Rismaharini. Ia juga mengajak adiknya FS (17) yang putus sekolah saat kelas 2 SMP untuk bersama-sama mengikuti pelatihan.
Anak lainnya IM (19) alias Bonjol berbeda dengan lainnya. Ia mengikuti pelatihan pembuatan sepatu kulit mengaku, dan dilatih menjual secara online.
Plt Kepala Balai Satria Kemensos Hendra Permana mengatakan, rehabilitasi terhadap kelima anak jalanan akan dilakukan selama dua bulan. "Bisa lebih tergantung kebutuhan," katanya.
Pasalnya, menurut dia, Tri Rismaharini meminta agar anak-anak ini dibantu semaksimal mungkin. "Paling tidak selepas dari sini mereka memiliki ketrampilan, kreatif, dan mandiri," katanya.
Usai pelatihan, mereka juga tidak dilepas begitu saja. "Mereka akan terus didampingi untuk mendirikan usaha hingga dapat mandiri," tuturnya.
Tak hanya dibekali ketrampilan, mereka juga diberikan terapi mental spiritual.
"Sementara untuk anak yang masih usia belasan tahun. Nanti kami arahkan untuk melanjutkan sekolah," pungkasnya. (ali)