205 Desa di Banjarnegara Masuk Zona Merah Bencana, BPBD: Waspadai Longsor hingga Puting Beliung

Selasa 06-05-2025,17:09 WIB
Reporter : Pujud Andriastanto
Editor : Susi Dwi Apriani

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID – Sebanyak 205 desa dan kelurahan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diklasifikasikan sebagai wilayah dengan risiko tinggi bencana hidrometeorologi. Data ini dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara pada Selasa, 6 Mei 2025, dan mengindikasikan ancaman serius bagi keselamatan warga di sebagian besar wilayah kabupaten tersebut.

“Ancaman bencana di Banjarnegara tidak hanya satu jenis. Mulai dari banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, erupsi gunung api, kebakaran hutan dan lahan, hingga kegagalan teknologi, semua berpotensi terjadi,” kata Suprayogo, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banjarnegara saat dikonfirmasi.

Secara geografis, Banjarnegara terbagi dalam tiga zona besar, pegunungan utara yang mencakup kawasan Dieng dan Serayu Utara, dataran subur di wilayah tengah yang dikenal sebagai Depresi Serayu, serta perbukitan curam di kawasan selatan atau Pegunungan Serayu Selatan. Ketiga wilayah tersebut, menurut Suprayogo, menyimpan karakteristik kerawanan bencana yang berbeda namun sama-sama mengkhawatirkan.

Dari total 278 desa dan kelurahan, hanya 73 yang tercatat dalam kategori risiko sedang. BPBD pun tidak tinggal diam. Hingga saat ini, lembaga tersebut telah membentuk 106 Desa Tangguh Bencana (Destana) yang dilengkapi dengan pelatihan relawan, simulasi evakuasi, dan edukasi kebencanaan ke sekolah maupun masyarakat umum.

BACA JUGA:BPBD Banjarnegara Bentuk Desa Tangguh Bencana di Kecamatan Batur untuk Perkuat Mitigasi

BACA JUGA:Antisipasi Bencana, Pemkab Banjarnegara Siagakan Personel dan Peralatan Kedaruratan

Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara, Aji Piluroso menegaskan, pentingnya kesiapsiagaan warga menghadapi musim pancaroba. Ia menyebut periode peralihan musim ini sebagai masa yang paling rawan terhadap bencana hidrometeorologi.

“Cuaca yang tidak menentu sering kali memicu bencana seperti angin puting beliung, hujan ekstrem, tanah longsor, hingga banjir bandang. Ini perlu diwaspadai serius oleh masyarakat,” kata Aji.

Ia juga meminta warga, terutama yang tinggal di lereng bukit dan wilayah rawan longsor, untuk mewaspadai retakan tanah yang bisa menjadi pertanda awal longsor. Menurutnya, laporan dini dari masyarakat sangat penting agar pemerintah bisa bergerak cepat mencegah korban.

“Kalau terlihat tanda-tanda seperti retakan tanah, munculnya mata air baru, atau pohon mulai miring, segera laporkan ke BPBD atau perangkat desa. Jangan tunggu sampai terjadi bencana,” ujarnya.

Selain itu, Aji mengingatkan warga untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau baliho saat hujan angin melanda. Ia juga menekankan pentingnya memantau informasi dari BMKG dan BPBD secara rutin, serta menyiapkan dokumen penting di tempat yang mudah dijangkau jika sewaktu-waktu evakuasi dibutuhkan.

Menurutnya, kesadaran warga menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman bencana di daerah yang secara topografi memang rawan seperti Banjarnegara. “Kami sudah siapkan langkah-langkah struktural dan non-struktural, tapi kesiapsiagaan masyarakat tetap jadi pertahanan pertama,” pungkas Aji. (jud)

Kategori :