Arawinda Kirana
Dalam momentum Hari Kartini di bulan April ini, aktris Arawinda Kirana ikut menonton film 3 Srikandi yang dibintangi oleh Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan dan Tara Basro. Acara nonton itu yang digelar Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Arawinda Kirana menangis saat menonton film yang sarat akan isu kesetaraan gender ini dan filmnya dibuat dari kisah nyata. Kisah tiga atlet panahan perempuan berjuang keras dengan berbagai latar belakang dalam rangka mewujudkan mimpi kendati harus melewati berbagai tantangan.
Mereka pun berhasil membuktikan sebagai pemenang atas ego diri dan mereka juga pemenang dalam kompetisi olah raga tingkat dunia.
Arawinda Kirana terharu sampai tak kuasa membendung air mata. Dia hanyut dalam alur cerita dan tantangan yang dihadapi para pemainnya dalam film 3 Srikandi. Dia tersentuh sekali karena apa yang ditampilkan dalam film arahan sutradara Iman Brotoseno itu dinilainya sangat manusiawi.
"Nangis itu pas momen lagi stres dengan diri sendiri, dengan pekerjaan. Kita pasti mengalami hal tersebut. Itu sisi humanis dan saya paling suka lihat itu di film," kata Arawinda Kirana kepada wartawan, belum lama ini.
Bintang film Yuni itu mengungkapkan, film 3 Srikandi memiliki pesan yang sangat baik untuk generasi muda. Bagaimana mereka mencapai keberhasilan melalui serangkaian proses panjang dari belajar, bekerja keras, hingga menghasilkan suatu pencapaian lewat karya yang bisa dibanggakan.
https://radarbanyumas.co.id/film-kkn-desa-penari-tayang-30-april-begini-sinopsisnya/
"Ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengembangkan kompetensi sebagai bekal di masa depan," kata Arawinda Kirana.
Arawinda Kirana
Lebih lanjut dia menyinggung soal pencapaian kaum perempuan saat ini dalam hal kesetaraan gender dalam rangka Hari Kartini.
Menurutnya, di samping perempuan sudah bisa menikmati hal yang sama dengan apa yang bisa dilakukan kaum laki-laki, perempuan yang selama ini dianggap lemah dan rentan menjadi korban pelecehan seksual dan yang lainnya, bisa diperkecil ruang lingkupnya dengan mereka berani berbicara.
"Saya bangga banyak perempuan sekarang yang berani untuk mengutarakan pendapatnya. Semoga ini bukan hanya tren namun perempuan masa kini memang benar-benar memahami pentingnya berpikir kritis dan logis. Mari kita ciptakan ekosistem yang aman dan nyaman bagi sesama manusia," katanya.
Swastika Nohara, penulis skenario film 3 Srikandi mengungkapkan, dia membuat cerita tidak hanya untuk menggambarkan perjuangan 3 atlet yang nantinya malah monoton dan terlalu serius. Tanpa mengurangi esensi cerita dan pesan yang hendak disampaikan, dia berusaha membubuhinya dengan unsur komedi supaya tidak membosankan.
"Karakter utama kami sajikan secara matang dan dalam. Karakter utama kami bangun sesolid dan semenarik mungkin, unik, dialognya juga memiliki ciri khas masing-masing serta menampilkan konflik perjuangan yang harus disarikan menjadi dramaturgi yang menarik," tuturnya. (jpc)